Risa, Jiwa dan Cinta


Risa, Jiwa dan Cinta

Penulisan : Irfan Soleh


Satu Januari selalu menjadi momen bermakna bukan karena hingar pergantian tahun namun karena bertepatan dengan milangkala Risa, istri tercinta. Hadiahnya berupa tulisan tentang jiwa juga cinta perspektif Ibnu Sina. Dua judul buku yang membahas jiwa yaitu Ragam kondisi jiwa; kekekalan dan tempat kembalinya dan tiga risalah jiwa, yang tidak boleh terlewatkan juga buku tentang teologi cinta nya Ibnu Sina. Semoga hadiah ini bisa membuat kita mengenal jiwa karena Ulama Tasawuf berkata siapa saja yang mengenal jiwanya, ia mengenal Tuhannya dan siapa saja yang tidak mampu mengenal jiwanya, ia tak akan mampu mengenal penciptanya, Hal ini senada dengan Firman-Nya yaitu "Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri" (QS Al Hasyr ; 19)

Menurut Ibnu Sina, Jiwa merupakan jauhar atau substansi yang bukan materi dan bukan pula menempel pada materi lain. Jauhar itu berwujud ruhaniyah yang bersemayam dalam tubuh dan dapat mengendalikan tubuh secara langsung. jiwa menjadi sebab hidup dan juga penggerak dan pengendali tubuh. jiwa terdiri dari tiga macam yaitu jiwa nabati (an-nafs an-nabatiyah), jiwa hewani (an-nafs al-hayawaniyah), dan jiwa insani/malaki (an-nafs insaniyah/al malakiyah). Jiwa nabati adalah kesempurnaan (figur) awal bagi benda alami yang hidup, tumbuh dan berkembang. Jiwa hewani adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dan mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan irodah (kehendak). sedangkan jiwa insani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang hidup dan melakukan perbuatan berlandaskan potensi akal dan fikiran serta mengetahui hal-hal yang bersifat umum. Menurut Ibnu Sina jiwa insani inilah yang dinamakan ruh

Menurut Ibnu Sina, jiwa manusia ada tiga sebagaimana diisyaratkan dalam QS al waqiah ayat 7-11 yaitu Pertama, orang-orang yang sempurna dalam ilmu dan amal, dalam ayat 10-11 QS al waqiah disebut sebagai orang-orang yang paling dahulu beriman dan yang didekatkan kepada Allah. mereka berada di tingkat paling tinggi di taman-taman surga. mereka bergabung dengan alam akal dan melebihi derajat kotoran materi dan jiwa-jiwa makhluq astronomis, meski makhluk-makhluk itu tampak besar. Kedua, golongan kanan (ayat 8) yakni orang yang berada di tingkat menengah, naik ke alam alterasi , terkoneksi dengan jiwa-jiwa makhluk astronomis, terhindar dari kotoran material alam anasir dan menyaksikan surga yang telah diciptakan Allah. Ketiga, golongan kiri (ayat 9) adalah golongan paling rendah, tenggelam dalam lautan kehinaan alam materi, terjerembab kedalam jurang unsur dan selalu sial di negeri kebinasaan

Dalam kitab Risalah fi Mahiyyah al-’Ishq, Ibnu Sina secara spesifik membahas tentang teologi cinta. Ibnu Sina mengatakan bahwa tidak ada satupun makhluk yang ada di semesta ini yang tidak diliputi oleh cinta, bahkan benda tak bernyawa sekalipun. Hal tersebut sebab pada dasarnya cinta berasal dari hadiah Tuhan yang Ibnu Sina menamainya al-Khair wa al-Kamal al-Mutlaq. Ibnu Sina menjelaskan bahwa semesta ini tercipta karena cinta. begitupun kita tercipta karena cinta. Dalam momen milangkala Risa ini, saya berharap aku, kamu dan kita semua bisa betul-betul mengenali konsepsi jiwa, sehingga harapannya cinta kita bisa membawa kita pada golongan kanan yang mendapat keberuntungan dan cinta kita karena dibingkai ibadah bisa menyampaikan kita pada Sang Maha Cinta


Kado Ulang Tahun Risalatussaadah yang ke 28, Maaf karena hadiahnya hanya berupa tulisan bukan intan berlian, Senin 1 Januari 2024, pukul 01.45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar