Jabal Magnet dan Universitas Islam Madinah: CPH Part 8

 


Jabal Magnet dan Universitas Islam Madinah: CPH Part 8

Penulis : Irfan Soleh


Pagi ini pukul 7 waktu Madinah kita sudah siap-siap berangkat ke jabal magnet, ini tidak ada dalam rangkaian ibadah haji tapi tidak ada salahnya kita mentafakuri kekuasaan Allah disana, jaraknya kurang lebih 30 km dari madinah. Disini juga ada pasir yang berbentuk lafad Allah, katanya itu alami bukan buatan manusia, sepanjang jalan hanya terlihat bukit bukit baru berjajar tak seperti bukit di indonersia yang ranum menghijau. Pohon yang ada disini adalah pohon zaqqum.

Ada yang bilang bahwa Jabal magnet ini merupakan pusat magnet terbesar di dunia, buktinya kendaraan bisa tetap bergerak meskipun mesinnya dimatikan ketika posisi menanjak, Sopir arab yang membawa bis yang saya tumpangi melakukan sedikit atraksi, dia turun dari mobil dan berlari mengikuti mobil yg berjalan sendiri! Subhanallah.  Namun sebaliknya, jika kendaraan turun meninggalkan jabal ini akan terasa berat karena melawan arus magnet tersebut.

Menurut fisikawan fenomena ini adalah efek keterbalikan gravitasi. efek ini semata hanyalah ilusi. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.  Hal ini dibenarkan oleh pengukuran GPS, yang menunjukkan bahwa kalau elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun! Begitupun sebaliknya.

Setelah dari jabal magnet,  saya diajak Kholil pergi jalan-jalan. Kholil ini orang madinah asli. Awalnya saya dikenalkan kawan orang Indonesia eh ternyata kita jadi akrab banget setelah beberapa kali ketemu. Lucu juga kalau kita ngobrol, saya pakai bahas arab fushah (bahasa arab formal) sedangkan dia pakainya ‘amiah (bahasa arab pasar/ non-formal) tapi yang penting nyambung aja meski kadang kita sering tertawa (karena miskomunikasi)

Kholil mengajak saya keliling Madinah awalnya dia ngajak ke rumahnya kemudian ke peternakan unta dilanjutkan ke taman raja dekat jabal uhud sampai dia nraktir makan gratis di pusat perbelanjaan sambil memperlihatkan toko keluarganya yang disewakan sama orang turki. Wow what amazing trip!! (secara..gratiss brow, he...)  Tapi dari semua tempat tadi yang paling berkesan adalah ketika bisa masuk ke Universitas Islam Madinah. Sudah tak tahan saya ingin merasakan suasana kampus ini.

Awalnya di dalam kampus tidak bisa foto-foto karena dilarang (mamnu’ at-tashwir) tapi si Kholil cerdik juga, dia pegang kamera di dalam mobil dan saya pura-pura jalan kaki dekat gerbang dan gedung kampus. alhamdulillah akhirnya bisa juga mengabadikan kampus ini dengan beberapa jepretan Kholil. Kurang puas dengan hanya foto-foto, saya pun menghubungi kawan orang indonesia yang kuliah di kampus ini

Saya bilang ke dia bahwa saya ingin merasakan belajar disini meskipun hanya satu atau dua jam saja. Singkat cerita setelah ngobrol kesana kemari saya pun diajak masuk kelas setelah ganti pakaian menjadi serba putih ala orang arab. Di dalam kelas kita hanya mendengarkan dosen menerangkan materi atau sering disebut dengan metode muhadhoroh. Alhamdulillah saya bisa merasakan duduk menjadi mahasiswa (gadungan) di Universitas Islam Madinah meskipun hanya sebentar. What a wonderful experience!!

Nah sekarang bagi kawan-kawan yang ingin menjadi Mahasiswa asli di kampus ini, bisa mengajukan permohonan beasiswa, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan yaitu: Muqabalah (interview langsung) dan Murasalah. Muqabalah bisa dilakukan di dua tempat:  Kampus Universitas Islam Madinah dan tempat penyelenggaraan daurah tahunan di Indonesia. Sejak 2003, daurah tahunan ini tidak diselenggarakan lagi, dan insyaallah mulai tahun ini akan diadakan lagi. Informasi daurah di Indonesia tahun ini bisa diperoleh secara tidak resmi di: http://serambimadinah.com/ atau http://muslim.or.id/

Sedangkan Murasalah, yaitu dengan mengirim berkas yang diperlukan ke:

عمادة القبول والتسجيل، الجامعة الإسلامية بالمدينة المنورة، ص. ب. 170، المملكة العربية السعودية

atau: Deanship of Admission and Registration, Islamic University of Madinah, PO Box 170, Kingdom of Saudi Arabia. (Catatan: Mulai tahun 1431 H, murasalah ditiadakan dan diganti dengan pendaftaran online di: http://admission.iu.edu.sa/Default.aspx)

Berkas yang diperlukan ada 7 macam yaitu ; Ijazah ; Daftar nilai ijazah / rapor tahun terakhir; Syahadah husn sirah wa suluk (surat keterangan berkelakuan baik), diutamakan dari sekolah asal. SKCK dari kepolisian juga bisa dipakai ; Akte kelahiran dari instansi terkait ; Surat keterangan sehat dari penyakit menular, dikeluarkan oleh instansi resmi ; 6 lembar pasfoto ukuran 4 x 6 ; Tazkiyah (rekomendasi) dari dari 1 lembaga keislaman di negara asal, atau dari 2 tokoh agama yang dikenal, berisi keterangan komitmen menjalankan kewajiban agama dan berpegang kepada adab-adab Islam.

Persyaratan Umumnya sbb: Beragama Islam dan berkelakuan baik ; Komitmen mentaati aturan UIM ; Sehat jasmani ; Lulus ujian atau muqabalah yang dilakukan pihak UIM ; Memiliki ijazah dari sekolah negeri atau swasta yang mendapat akreditasi (mu'adalah) dari UIM , Berarti, ijazah dari sekolah negeri di Indonesia tidak perlu akreditasi ; Siap belajar sepenuhnya ; Memenuhi setiap persyaratan yang mungkin ditentukan UIM saat mengajukan permohonan beasiswa.

Adapun persyaratan masuk program S1: Memiliki ijazah SMA atau sederajat ; Usia ijazah tidak lebih dari 5 tahun ; Tidak pernah drop out (DO) dari universitas lain karena sebab akademis atau hukuman ;  Usia pemohon beasiswa tidak lebih dari 25 tahun ; Peminat Fakultas Quran harus memiliki hafalan 30 juz. Dan sedikit catatan Saat pengajuan permohonan beasiswa, cukup dengan menyerahkan fotokopi berkas yang diperlukan. Diwajibkan menyertakan fotokopi paspor dan visa bagi yang datang langsung ke kampus UIM, dan diutamakan menyertakan fotokopi paspor bagi yang lain. (sumber tentang kampus: http://www.serambimadinah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=70:beasiswa-di-universitas-islam-madinah&catid=45:info)

Mudah-mudahan info kampus ini bisa memudahkan kawan-kawan yang berminat masuk Universitas Islam Madinah. Finally, itulah kilas catatan perjalanan di hari ini, insya Allah masih akan ada part-part berikutnya. Selamat membaca, mengikuti dan menghayati perjalanan selanjutnya.

 

Catatan Perjalanan Haji Part 8

8 oktober 2011 Jabal Magnet dan Universitas Islam Madinah

Pengajian Bersama Syaikh al-‘Abbad dan Putranya Prof. DR. ‘Abdur-Razzâq: CPH Part 7


Pengajian Bersama Syaikh al-‘Abbad dan Putranya Prof. DR. ‘Abdur-Razzâq: CPH Part 7

Penulis : Irfan Soleh


Pada catatan sebelumnya telah dibahas mengenai shalat arba’in, jadi selama seminggu di Madinah, intinya, yang kita lakukan adalah berjama’ah shalat setiap waktu. Sejak awal kita sudah mempersiapkan diri jangan sampai ada satu waktu pun yang terlewat. Seandainya selama di tanah air bisa terus seperti ini, mungkin kita tidak perlu motivator untuk mendisiplinkan diri.

Di madinah, sangat terasa sekali ‘keteraturan hidup’. Hal ini membuat suasana hati dan jiwa tenang dan semangat menjalani hari. Perasaan ini bukan hanya saya saja tapi hampir setiap jama’ah, yang curhat, merasakan hal yang sama. Subhanallah wal hamdulillah walailaha illallah wallohu’akbar, hanya ucapan itu yang bisa kami katakan untung mengungkapkan kenikmatan selama berada di Madinah ini. Kita sangat hapal dengan waktu-waktu shalat bahkan jauh sebelum adzan berkumandang kita sudah bersiap-siap untuk berangkat berjama’ah ke mesjid.

Kita selalu berusaha bisa duduk di shaf terdepan agar mudah nanti kalau mau langsung ke raudhah dan ziarah ke Makam Rasulullah SAW. Di dalam mesjid banyak halaqah-halaqah ilmu. Salah satunya tiap ba’da shalat ashar. Selesai salam, rata-rata para santri langsung berkerumun mengitari kursi sang syekh, kemudian diikuti jama’ah lain yang tertarik untuk mengikuti pengajian ini. Diantara kerumunan yang mayoritas berwajah arab, ketika itu ada satu orang yang pakaiannya ala arab tapi wajahnya melayu. Saya pun duduk disampingnya dan mengikuti pengajian tersebut.

Selesai pengajian saya pun berkenalan dengan santri melayu tersebut, nama nya Aan Chandra, dia juga tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Islam Madinah. Pertama saya bertanya nama Syekh yang tadi mengajar, katanya beliau bernama Prof. DR. ‘Abdur-Razzâq bin ‘Abdil Muhsin bin Hamad bin ‘Utsmân al-‘Abbâd  Alu Badr Putra salah seorang Muhaddist senior yaitu asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamad bin ‘Utsman al-‘Abbad Alu Badr   

Tidak banyak yang bisa saya catat dari pengajian bersama Prof. DR. ‘Abdur-Razzâq, diantaranya, Hadis nabi innallaha katabal ihsan 'ala kulli syaiin. Idza qotaltum fa ahsinu al kitlah, wa idza dzabahtum faahsinu al dibhah kemudian Ada ihsan ilal kholiq, an takuna tarohu, fain lam takun taroh fainnahu yarok Ihsan fi mu'amalatil makhluk, ihsan lilwalidain, lil ziron, dalam hadis ini ihsan lilbahimatil 'an'am. Jadi kata beliau islam itu mewajibkan (kataba =aujaba) berbuat baik pada siapapun dan pada apapun

Kemudian ba'da magrib saya diajak mendengarkan penjelasan Sohih Bukhori bersama Syekh Al’Abbad ayahnya Prof DR ‘Abdur-Razzâq. Subhanallah saya sangat kagum mendengar cerita  beliau tentang keluasan ilmunya, ketawadhuannya dan lain-lain. Sangat perlu dicontoh karena tidak mudah melahirkan putra seorang ulama dan keluarga yang cinta ilmu. Oleh karena itu insya Allah pada catatan kali ini kita akan membahas mengenai biografi kedua ulama tersebut. Mudah-mudahan ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil.

Prof. Dr. ‘Abdur-Razzâq bin ‘Abdil Muhsin bin Hamad bin ‘Utsmân al-‘Abbâd  alu Badr

Prof DR ‘Abdur-Razzâq lahir di Zulfa (300 km dari utara Riyadh) pada hari Rabu, 22 Dzulqo’dah 1382 yang bertepatan dengan 17 April 1963. Beliau tumbuh dan dewasa di desa ini dan belajar baca tulis di sekolah yang diasuh oleh ayah beliau sendiri. Beliau mengambil pendidikan hingga sampai kepada tingkatan doktoral dalam bidang Aqidah. Beliau adalah salah seorang professor dan guru besar serta staff pengajar Pasca Sarjana di Islamic University of Madinah jurusan Aqidah sampai hari ini.

Syaikh ‘Abdur-Razzâq al-‘Abbâd memiliki karya tulis yang cukup banyak, diantaranya adalah : Fiqhu ad-Da’iyah wal Adzkâr, Al-Haj wa Tahdzîbun Nufus, Tadzkirotul Mu`tasî Syarh ‘Aqîdah al-Hâfizh ‘Abdil Ghonî al-Maqdisî, Syarh Hâsiyah Abî Dâwud, Al-Atsar al-Masyhûr ‘anil Imâm Mâlik fî Shifatil Istiwâ’, Al-Qoulus Sadîd fîr Raddi ‘ala Man Ankara Taqsîmat Tauhîd, At-Tuhfatus Sanîyah Syarh Manzhûmah Ibnu Abî Dâwud al-H^a’iyah, dan lain-lain.

Syaikh ‘Abdur-Razzâq ini terkenal dengan sifat ketawadhuannya. Abu Abdil Muhsin Firanda dalam sebuah artikel yang berjudul Mendulang Pelajaran Akhlak dari Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr memaparkan beberapa bukti terkait dengan hal ini. Diantara sifat-sifat syeikh yang disebutkan oleh Firanda yaitu  menolak penulisan gelar, menolak tersohor dan menyembunyikan tangis untuk menjaga keikhlasan.

Ketika salah seorang ikhwan dari Indonesia meminta izin untuk menerjemahkan buku beliau yang berjudul Fikhul Ad’iyaa wal Adzkar (Fikh Doa dan Dzikir) ke dalam bahasa Indonesia, Syaikh ‘Abdur-Razzâq mengizinkan dengan syarat: tatkala buku tersebut dicetak, nama beliau hanya ditulis ‘Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Al-Badr’,  tanpa embel-embel gelaran Profesor Doktor.

Suatu waktu Syaikh ‘Abdur-Razzâq mengisi pengajian di Masjid Nabawi dan menyampaikan materi tentang berbakti kepada kedua orang tua. Tiba-tiba nada suara beliau berubah seperti orang yang hendak menangis. Beliau pun terdiam beberapa menit. Kemudian, beliau memberi isyarat seakan-akan beliau hendak minum.ternyata beliau berusaha menutupi tangisan dengan minum air agar tidak ketahuan oleh para hadirin.

Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamad bin ‘Utsman al-‘Abbad Alu Badr   

Beliau terkenal dengan nama Syekh ‘Abdul Muhsin al’Abbad, Muhaddits senior abad ini sang ayah sekaligus guru Prof DR ‘Abdur-Razzâq.  Syekh al’Abbad lahir setelah sholat Isya’ pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 1353H di ‘Zulfa’ (300 km dari utara Riyadh). Beliau tumbuh dan dewasa di desa ini dan belajar baca tulis di sekolah yang diasuh oleh masyaikh Zulfa. Beliau senantiasa dalam peringkat satu mulai dari awal belajar beliau hingga beliau lulus dan mendapatkan ijazah dari Ma’had ‘Ilmi dan Kuliah Syari’ah di Riyadh.

Syaikh al’Abbad sangat antusias di dalam menimba ilmu baik di Universitas maupun di masjid-masjid, beliau banyak belajar dari para ulama besar semisal Imam Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, Imam ‘Abdul Aziz bin Baz, al-‘Allamah Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, al-‘Allamah ‘Abdurrahman al-‘Afriqi, al-‘Allamah ‘Abdurrazaq ‘Afifi, al-‘Allamah Hammad al-Anshari dan lainnya rahimahumullahu ajma’in.

Pada tahun 1393 H, Syaikh diangkat sebagai wakil rektor Universitas Islam Madinah dan rektor Universitas Islam pada saat itu adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz. Setelah Imam Ibnu Baz menjadi kepala Lembaga Buhutsul ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Pembahasan Ilmiah dan Fatwa), maka Syaikh ‘Abdul Muhsin yang menggantikan kedudukan beliau di Universitas Madinah sebagai rektor.

Ketika Syaikh ‘Abdul Muhsin menjadi rektor di Universitas Islam Madinah, perpustakaan Universitas benar-benar kaya dengan warisan salaf berupa makhthuthat (manuskrip-manuskrip) yang mencapai 5.000 manuskrip. walaupun menjadi seorang rektor Universitas, beliau tidak pernah absen mengajar dua kali seminggu di Fakultas Syari’ah dan lebih sering melakukan tugasnya sendiri dan lebih sering menghabiskan waktunya di Universitas, mulai pagi hingga sore.

Syaikh memiliki kurang lebih 40 karya ilmiah dua diantaranya adalah  Aayaatu Mutasyaabihaatu al-Alfaazh fil Qur’anil Karim wa Kaifa Tamyizu Bainahuma dan Isyruuna Hadiitsan min Shahihil Bukhari Dirosatan Asaniidihaa wa Syarhan Mutuniha. Dan banyak juga pengajian-pengajian beliau yang direkam oleh Tasjilat Ibnu Rajab di Madinah, Al-Asholah di Jeddah, Sabilul Mu’minin di Dammam dan Minhajus Sunnah di Riyadh.

Akhirnya saya hanya bisa mengucap syukur yang tak terhingga bisa bertemu dan menimba ilmu walaupun hanya sebentar sama kedua syekh ini. Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya, semoga dengan pemaparan 2 biografi syekh ini bisa menginspirasi kita dan memberikan motivasi yang kuat untuk mencari, mengamalkan, dan mencintai ilmu sebagaimana para ulama kita dahulu, hasbunalloh wani’mal wakil, kita cukupkan dulu catatan kali ini, insya Allah catatan perjalanan haji ini masih akan berlanjut dengan part-part berikutnya, semoga...


Catatan Perjalanan Haji Part  7

7 oktober 2011 (Pengajian  bersama Syaikh al-‘Abbad dan putranya Prof. DR. ‘Abdur-Razzâq )

Tempat Makan Favorit dan Seputar Shalat Arba’in: CPH Part 6


Tempat Makan Favorit dan Seputar Shalat Arba’in: CPH Part 6

Penulis : Irfan Soleh


Waktu subuh selalu indah disini, pemandangan jama'ah yang selalu serempak berjama'ah, sujud yang seragam, saling toleran meski ada sedikit perbedaan, dari mulai pukul 2 pagi orang sudah ramai ke mesjid bahkan ada yang berangkat pukul satu agar bisa ke raudhah tanpa berdesak-desakan. Hal yang paling membuat saya iri adalah ketika melihat sepasang suami istri, mereka begitu ‘mesra’ berangkat sama-sama ke mesjid lalu berpisah di gerbang masuk karna tempat shalat yang dipisah antara laki-laki dan perempuan kemudian mereka janji ketemuan lagi di pintu gerbang yang sama ketika hendak kembali ke maktab. Mereka akan saling tunggu di gerbang yang sama dan saling tunggu kalau salah satunya ada yang terlambat

Subhanallah sungguh indah melihat dua insan yang saling mencintai karena Allah dan sama-sama menjalani hari melaksanakan perintah Allah. Sepulang shalat berjama’ah banyak para jama’ah yang menyempatkan mampir di rumah makan indonesia. Setidaknya ada 2 tempat makan favorit dekat Mesjid Nabawi yang selalu ramai oleh jama’ah indonesia yaitu Rumah Makan Si Doel Anak Madinah dan RM Bakso Solo. Keduanya menawarkan menu khas Indonesia dari mulai nasi lengkap dengan lauk pauknya yang serba indo sampai bakso, bubur kacang, pisang goreng dan makanan khas indonesia lainnya.

Begitulah rangkaian rangkaian kehidupan di Madinah rasanya tiada hari tanpa shalat dan makan berjama’ah, sungguh indah. Nah ngobrol-ngobrol masalah shalat nih, kita mengistilahkannya dengan shalat arba’in. Apa yang dimaksud shalat arba’in? Adakah perdebatan dalam masalah ini? Untuk mengetahui jawabannya yuk ikuti catatan perjalanan ini sampai habis ya, he...lanjuuuutttt

Pembahasan mengenai arba’in ini saya ambil dari berbagai sumber tentunya Prof. Google sangat berperan penting disini. Shalat Arbain adalah sebenarnya shalat yang biasa dilakukan oleh umat Islam pada umumnya, yaitu shalat fardhu yang biasa dilakukan dalam sehari-semalam sebanyak 5 waktu. Hanya saja disini, para jemaah haji dituntut untuk melaksanakannya secara berjamaah di Masjid Nabawi sebanyak 40 waktu tanpa terputus satu kalipun. Maka ketika salah satunya ditinggalkan, gugurlah pahala shalat Arba’innya.

Lantas apa perdebatan dalam masalah ini? Karena ada sebagian kalangan yang beranggapan bahwa kebanyakan jama’ah haji indonesia salah mengartikan tentang shalat arba’in ini. Salah dalam arti apakah khusus di mesjid Nabawi ataukah bisa juga shalat di mesjid-mesjid yang lain?  Saya pribadi melihat letak permasalahannya adalah dari segi istidlal atau pengambilan dalil nya. Pertama ada yang memakai dalil hadis yang diriwayatkan dari Anas Bin Malik, bunyi hadisnya sebagai berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « مَنْ صَلَّى فِى مَسْجِدِى أَرْبَعِينَ صَلاَةً لاَ يَفُوتُهُ صَلاَةٌ كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ وَبَرِئَ مِنَ النِّفَاقِ

Dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat sebanyak 40 kali shalat di masjidku (baca: Masjid Nabawi) dalam keadaan tidak tertinggal satupun shalat, maka akan dicatat baginya keterbebasan dari api neraka dan keselamatan dari kemunafikan. (HR. Ahmad no. 12605. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if (lemah) karena status Nubaith bin ‘Umar yang tidak diketahui.)

Muhammad Abduh Tausikal dalam artikelnya yang berjudul Meninjau Shalat Arba’in di Mesjid Nabawi menyimpulkan bahwa hadis diatas adalah lemah (dho’if) dengan memaparkan beberapa pendapat ulama hadis diantaranya  Syaikh Muqbil Al Wadi’iy rahimahullah –ulama hadits dari Yaman- menilai bahwa hadits di atas tidak shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan komentar Al Haitsamiy dalam Al Majma’ Az Zawa’idyang mengatakan bahwa periwayat hadits di atas tsiqoh (terpercaya) namun dikomentari oleh Syaikh Al Albani, “Beliau sudah salah sangka karena Nubaith bukanlah periwayat dari kitab shahih, bahkan dia bukan periwayat dari kutubus sittah lainnya.”

Dalil yang kedua tentang shalat arba’in ini lebih kuat dari yang pertama, bunyi hadisnya sebagai berikut:

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِى جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

“Barangsiapa mengerjakan shalat secara ikhlas karena Allah selama empat puluh hari dengan berjamaah dan dengan mendapatkan takbiratul ihram maka dicatat untuknya dua kebebasan, yaitu bebas dari neraka dan bebas dari kemunafikan.” (HR. Tirmidzi no. 241, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Hadis ini lebih kuat dari hadis yang pertama hanya saja dari teks hadistnya, hadis ini tidak menyebutkan pengkhususan di Mesjid Nabawi. Sehingga menurut saya, cara amannya adalah shalat arba’in diniatkan mengikuti dalil yang kedua ini, adapun kalau dilaksanakan di Masjid Nabawi tentu lebih afdhol berdasarkan dalil lain yang menyebutkan keistimewaan shalat di mesjid Nabawi. Salah satunya adalah

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

 “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394, dari Abu Hurairah)

Jadi kalau menggunakan hadis yang kedua ini di mesjid manapun kita bisa melakukan shalat arba’in hanya saja tentu pahalanya tidak akan sebanding dengan pahala shalat arba’in di Mesjid Nabawi berdasarkan hadis yang lain yang mengutarakan keistimewaan shalat di Mesjid Nabawi.

Kalau seandainya ada yang salah dari tulisan ini mohon dikoreksi, saran yang bersifat konstruktif sangat kami tunggu karena ini berbicara masalah hukum, tapi kalau masalah tempat makan favorit tadi insya Allah statusnya sohih, he.... catatan perjalanan haji part 6 dicukupkan sekian dulu nantikan catatan perjalanan haji part berikutnya, insya Allah....

 

Catatan Perjalanan Haji Part  6

6 oktober 2011 Tempat  Makan Favorit dan Seputar shalat arba’in 

 

 

Jabal Uhud dan Mesjid Qiblatain: CPH Part 5


Jabal Uhud dan Mesjid Qiblatain: CPH Part 5

Penulis : Irfan Soleh

Ziarah yang ketiga ke jabal uhud, cuacanya sangat panas namun tidak menghentikan para jama'ah yg berkunjung kesana rupa rupanya mungkin kita diajari mental para mujahid karna ditempat ini kita berkunjung ke makam para shuhada. Seperti biasa, sesampainya di Jabal Uhud Ketua Rombongan mengumpulkan jama’ah terlebih dahulu untuk memberikan sejarah dan informasi seputar gunung uhud ini.

Setelah para jama’ah dibekali ilmu seputar kenapa kita ziarah ke tempat ini, ada pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kejadian di tempat ini, kita langsung sama-sama berjalan kaki ke pemakaman para syuhada. Tidak terlalu jauh dari bis hanya karna cuacanya sangat panas jadi lumayan cape juga. Pemakamannya sangat sederhana hanya lahan tanah yang dikelilingi dinding pagar kurang dari 2 meter sehingga kalau ingin melihat ke dalam area pemakaman cukup dengan melihat dari celah-celah pagar tersebut.

Di depan pagar terpampang sangat besar tatacara ziarah seperti salam sama do’anya meskipun sebenarnya para jama’ah tinggal mengikuti ucapan Ketua Rombongan yang memandu tiap-tiap detil yang harus dilakukan dan diucapkan. Setelah do’a selesai kita diberi pilihan, bagi yang mau mendaki bukitnya silahkan Cuma bagi jama’ah yang merasa kurang sehat atau gak kuat bisa menunggu di depan areal pemakaman. Akhirnya kami yang masih muda dan orang tua yang punya mental pemuda pun berangkat mendaki bukit uhud. Kebetulan kita kesana pas siang hari jadi bisa dibayangkan bagaimana panasnya tapi berhubung kita sudah dikasih tahu bagaimana spirit para mujahidin jadi tidak masalah sepanas apapun yang jelas kita harus sampai puncak.

Lantas sekarang bagaimana sih kejadian perang uhud itu? Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari perang ini? Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal 3 H (Maret 625). Peperangan itu dipicu keinginan balas dendam kafir Quraisy usai kekalahan mereka dalam perang Badar. Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Rasulullah menempatkan 50 pasukan pemanah di atas Jabal Uhud dengan perintah untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya.

Strategi Rasulullah sebenarnya sudah berhasil, pasukan kafir quraisy sudah lari tunggang langgang, hanya kesalahan fatal dilakukan oleh 50 pasukan pemanah yang ikut mengejar kaum kafir demi mengharapkan harta rampasan perang padahal Rasulullah sudah berpesan jangan meninggalkan tempat itu walau apapun yang terjadi. Ibnu Jubair sebagai kepala pasukan pemanah sudah mengingatkan tentara yang lain namun tidak diindahkan. Melihat tempat stategis itu kosong pasukan quraisy pun memutar arah balik kembali menyerang kaum muslimin sehingga sekitar 70 orang dari kaum muslimin menjadi syuhada termasuk Hamzah paman Nabi.

Hikmah yang bisa kita ambil dari peperangan ini diantaranya adalah keta’atan kita kepada Nabi Muhammad SAW jangan sampai tergoyahkan oleh kenikmatan harta yang hanya sesaat. mereka seketika tertipu dengan secuil harta yang sebenarnya tidak ada apa-apanya dibanding dengan kenikmatan di surga. Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai jalan meruntuhkan kesombongan diri. Perang Uhud ini seakan-akan persiapan menghadapi wafatnya Rasulullah . Allah  meneguhkan mereka, mencela mereka yang berbalik ke belakang, baik karena Rasulullah terbunuh atau meninggal dunia.

Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari peperangan ini yang paling penting adalah komitmen dari para sahabat yang masih tetap istiqomah membela Rasul dan memegang erat panji Islam meskipun nyawa taruhannya Maka Allah berkata,” Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Maka dari situ kemudian turun ayat yang berbunyi,” Dan janganlah mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal; sebenarnya mereka itu hidup, disisi Tuhannya mendapat rezeki  (Qs 3:169).

Setelah menghayati spirit para syuhada di Jabal Uhud kita langsung berangkat untuk ziarah yang keempat ke mesjid qiblatain. Karna waktu yang tidak memadai kita hanya melihatnya dari luar namun menarik mendengar sejarahnya karna ditempat ini Allah menguji keimanan orang yahudi yang awalnya mereka senang karna qiblatnya menghadap bait al maqdis palestina tapi kemudian Allah menyuruh nabi memindahkan qiblat ke ke baitullah.

Saya tambahkan sedikit informasi tentang mesjid ini yang diambil dari berbagai sumber. Masjid Qiblatain mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah. Dinamakan qiblatain, terkait dengan turunnya wahyu surat Al Baqarah ayat 144 dimana Allah menyuruh Nabi memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.

Selesai melihat mesjid ini kira-kira pukul 11 kita langsung pulang karena “mengejar” shalat arbai’in. Apa yang dimaksud dengan shalat arba’in? Bagaimana hukumnya? Adakah dalilnya? Jawabannya insya Allah pada catatan perjalan haji selanjutnya. Selamat mengikuti, mempelajari dan menghayati perjalanan ini.


Catatan Perjalanan Haji Part  5

5 oktober 2011 Jabal uhud dan Mesjid Qiblatain

Mesjid Quba dan Kebun Kurma: CPH Part 4


Mesjid Quba dan Kebun Kurma: CPH Part 4

Penulis : Irfan Soleh


Hari ini kira-kira pukul 6.30 waktu madinah kita ziarah ke beberapa tempat bersejarah diantaranya Mesjid Quba. Tak lama setelah pulang dari Mesjid Nabawi kita langsung kumpul di lobi hotel. Semua jama’ah kloter 3 ikut dalam ziarah ini meskipun pemandu nya tetap dari tiap-tiap KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). KBIH Al-Hasan kebagian bis 4 dan 5. Semuanya kalau gak salah ada 9-10 bis. Setelah semua jama’ah masuk ke bis masing-masing, ketua rombongan memandu do’a naik kendaraan kemudian diikuti semua jama’ah. Bis pun melaju secara perlahan setelah sempat tertunda menunggu jama’ah yang terlambat datang. Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan tentang Mesjid Quba dimana mesjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi.

Sesampainya di Mesjid Quba, Ketua Rombongan yaitu K.H. Moch. Syarif Hidayat mengumpulkan semua jama’ah persis di depan mesjid. Kemudian beliau menceritakan seluk beluk tentang mesjid Quba, dari mulai sejarah sampai keutamaannya. Akhirnya saya rangkum Informasi dari beliau ditambah dari sumber-sumber yang lain. Masjid Quba terletak di perkampungan Quba, kira-kira 5 kilometer dari arah tenggara kota Madinah. Ini adalah masjid bersejarah karena dibangun oleh nabi Muhammad, yang ikut memikul batu bata saat pembangunannya. Ketika itu, Senin 8 Rabiul Awwal atau 23 September 622 M, para sahabat membawa bahan bangunan yang lain, sementraa Rosul memikul batu bata.

Masjid dengan luas tanah sekitar 5.035 meter persegi ini awalnya merupakan tanah bekas kebun korma milik seorang sahabat Rasulullah. Ketika pertama dibangun, masjid ini hanya memiliki luas 1.200 meter persegi. Di sinilah tonggak pertama syiar Islam yang bakal menerangi seluruh dunia dengan cahaya Ilahiah. Ketika pembangunan masjid ini selesai, Rosul mengimami shalat selama 20 hari. Semasa hidupnya, lelaki yang dijuluki Al-Amin ini selalu pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, Senin dan Kamis. Setelah Nabi wafat, para sahabat menziarahi masjid ini dan melakukan salat di sana.

Satu hal yang saya ingat dari penjelasan Akang (K.H. Moch. Syarif Hidayat) yaitu tentang keutamaan mesjid Quba.  Menurut Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhum, ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia shalat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah”.( HR. Tirmizi no. 298. Ibnu Majah no. 1401). Berikut bunyi teks hadisnya:

Dalam hadits Usaid bin Hudhair al-Anshari ra, dari Nabi saw, beliau saw bersabda:
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِ قُبَاءٍ كَعُمْرَةٍ
"Shalat di masjid Quba` sama seperti (pahala) umrah." (HR. at-Tirmidzi 324, Ibnu Majah 1411, Ibnu Hibban dalam Shahihnya 1627, dan at-Tirmidzi berkata: Hasan Gharib.)

Dari Sahl bin Hanif rad, ia berkata, 'Rasulullah saw bersabda: 

مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءٍ فَصَلَّى فِيْهِ َصلاَةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ

"Barangsiapa yang bersuci di rumahnya, kemudian datang ke masjid Quba`, lalu melaksanakan shalat di dalamnya, untuknya seperti pahala umrah." Diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasa`i,  Ibnu Majah dan ini adalah lafazh hadits riwayat Ibnu Majah. (HR. Ahmad (3/487, an-Nasa`I 699, Ibnu Majah 1412, Ibnu Abi Syaibah 7530, ath-Thabrani dalam al-kabir 6/5560, 5561, al-Hakim 3/13 (4279, ia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi.)

Para jama’ah kemudian masuk dan shalat 2 raka’at kemudian kita sepakat berkumpul kembali di dekat pintu keluar mesjid tersebut. Cukup lama menunggu jama’ah ibu-ibu karena lokasinya yang berbeda kemudian juga ngantri ditempat wudhu yang cukup lama.  

Dari masjid Quba, ziarah pun dilanjutkan ke kebun kurma, dari tempat parkir terlihat begitu gersang, namun kita digiring ke satu tempat yang khusus jual beli kurma disana. Aktifitas para jama'ah di tempat ini cukup beragam diantaranya foto-foto di dekat pohon kurma, pilih-pilih  kurma, ada kurma buat penyembuh mandul, ada yg minum air pait kayak jamu entah apa namanya dll. Berhubung disini kita cuma dikasih waktu 10 menit, jadi tidak banyak aktifitas yang kita lakukan. Kita pun kembali ke bis dengan barang belanjaan kurma seadanya.

Catatan Perjalanan Haji Part  4

5 oktober 2011 Mesjid Quba dan Kebun Kurma


Mesjid Al-Ijabah: CPH Part 3


Mesjid Al-Ijabah: CPH Part 3

Penulis : Irfan Soleh

Hari ini seperti biasa saya ‘mengejar arba’in’ ke mesjid dan alhamdulillah bisa sempat ke raudoh lagi. Mengenai permasalahan shalat arba’in dengan segala perdebatannya juga mengenai Raudhah insya Allah nanti akan diceritakan dan di bahas pada catatan perjalanan haji part selanjutnya. Usai berdesak-desakan di Raudhah sampai ke Maqam Nabi saya ketemu ipung dan a darif. Ketika saya tanya mau kemana mereka menjawab ke Mesjid Ijabah. Saya pun penasaran akhirnya ikutlah dengan mereka berdu’a. Alhamdulillah ternyata tidak terlalu jauh dari Mesjid Nabawi.

Alhamdulillah ternyata tidak terlalu jauh dari Mesjid Nabawi. Lucunya ketika sampai di depan mesjid kita agak ragu, bener gak ini mesjid ijabah soalnya gak ada papan nama nya. Kalau mesjid di indonesia kan biasanya ada nama terpampang besar di depan mesjid nya kalau di mesjid ini gak ada atau tepatnya gak ketemu. Saya sama a Darif coba lihat ke semua sisi tapi tetap gak ketemu akhirnya kita terbantu oleh sebuah toko yang ada nama ijabah nya barulah kita merasa yakin ini mesjidnya. Oke Pada bagian ini insya Allah akan diceritakan sedikit mengenai seluk beluk mesjid ijabah.
 
Masjid Al Ijabah berada sekitar 385 meter sebelah utara pemakanam Baqi, atau sekitar 580 meter dari Masjid Nabawi. Masjid ini dipugar oleh Raja Fahd bin Abdul Azis pada 1418 H/1977. Luas masjid ini sekitar 1.000 meter persegi, beratap, dan pada bagian depan masjid terdapat kubah setinggi 13,7 meter, dilengkapi menara setinggi 33,75 meter. 

Dahulu masjid ini bernama Bani Mu'awiyah karena berada di perkampungan kaum Anshar, bani Mu'awiyah bin Malik bin Rauf. Masjid itu diberi nama Ijabah. Ijabah, karena dahulu kala di masjid itu nabi pernah berdoa terkait nasib umat. Dua doa nabi dikabulkan, namun ada satu doa ditolak Allah SWT. Menurut riwayat lainnya, satu doa nabi itu bukan ditolak melainkan ditunda Allah SWT. 

Menurut Imam Muslim meriwayatkan dari Amir ibn Sa’ad dari bapaknya : bahwa suatu hari Rasulullah SAW dating dari gunung dan ketika melewati masjid Bani Mu’awiyah, beliau masuk masjid dan shalat dua rakaat, dan kami shalat bersamanya. Rasulullah SAW berdoa panjang, lalu menghadap kami sambil berkata : “Aku  telah mohon kepada Allah SWT  tiga hal; ia mengabulkan yang dua dan menolak yang satu. Aku mohon kepada Allah SWt agar tidak membinasakan umatku dengan kekeringan dan kelaparan, Allah SWt pun mengabulkannya. Dan aku mohon agar Allah SWt tidak membinasakan umatku dengan menenggelamkannya, Allah SWT pun mngabulkannya. Dan aku mohon agar tidak ada fitnah dan perbedaan diantara mereka, (tetapi) Allah SWT tidak mengabulkannya.” (Shahih Muslim).

Setelah melihat hadis tersebut, mesjid ini bisa dikatakan sebagai saksi cinta nabi pada umatnya karena beliau selalu menginginkan yang terbaik buat umatnya. Bisa juga dari semenjak awal Nabi sudah meramalkan memang nantinya akan banyak sekali perbedaan dalam umatnya tapi yang jelas islam sudah mengajarkan bagaimana cara menyikapi hal tersebut. Mudah-mudahan setelah berkunjung ke mesjid ini, saya dan kita semua makin cinta sama Nabi Muhammad SAW dengan bersaha semampunya mengamalkan apa yang beliau ajarkan.

Catatan Perjalanan Haji Part 3
4 oktober 2011 Mesjid al-Ijabah

Bandara Sukarno Hatta, Dalam Pesawat Saudi Airlines, dan Tiba Di Madinah: CPH Part 2


Bandara Sukarno Hatta, Dalam Pesawat Saudi Airlines, dan Tiba Di Madinah: CPH Part 2

Penulis : Irfan Soleh


Pukul 4.30 kita sampai di bandara sukarno hatta, kejadian paling menarik ketika turun dari bis dalam kondisi setengah sadar semua berlari ke bagian pemeriksaan, suara pengeras suara yang gak jelas terdengar mengumumkan barang-barang yang dilarang harus di keluarkan, semuanya berdesak-desakan, baru di bandara saja Allah sudah menguji kesabaran para jamaah haji. Pemeriksaan pun berjalan lancar, jemaah langsung sholat subuh berjama'ah selesai solat subuh saya sempat minum teh tarik, kehangatannya nikmat tak terhingga.

Masih 3 oktober 2011 kira2 sekitar pukul 6.30 kita mulai terbang dengan saudi airlines, setelah beberapa lama terdampar di bandara menunggu jam penerbangan. Seperti biasa crew pesawat memberitahu tata cara safety flight dan keadaan emergency, tapi ada yg beda dgn pesawat yg saya pernah naiki sebelumnya, disini ada instruksi dan bimbingan membaca do'a ketika kendaraan hendak bergerak, wallahu a'alam apa karna ini khusus penumpang haji atau memang kesehariannya seperti ini, karena setahu saya kalau pakai Air Asia ke Malaysia tidak ada instruksi harus membaca do’a terlebih dahulu.

Ada yang unik ketika seat bealt sudah dibuka dan para jama'ah sudah mendapatkan makanan. Harus di akui salah satu tipe masyarakat kita itu suka ikut-ikutan, ketika ada beberapa orang yang mondar mandir jalan jalan kesana kemari entah karna pegal duduk terus atau memang ingin liat suasana pesawat, sontak penumpang yang lain ikut mondar mandir sampai ada yg foto-foto di ruang FIV. 
Hal yang sama terjadi di bandara ketika kita disuruh pindah dari tempat pemeriksaan barang ke boarding room ada bapak-bapak yang menyimpan tas nya di elevator yang tidak berjalan, semuanya sama-sama ikut menyimpan tas nya disitu sampai pada akhirnya kita tahu bahwa si bapak tadi nyimpannya asal-asalan alias tidak ada instruksi sehingga ketika ketauan langsung disuruh pindah sama petugas, kita pun menertawakan kebodohan kita sendiri, semuanya terbahak-bahak mendengar pengakuan polos dari bapak tadi
penerbangan Jakarta- Madinah ini cukup lama kira-kira memakan waktu 8-9 jam. Menarik memperhatikan tingkah laku para jama’ah dalam pesawat, ketika cuaca tidak baik, pesawat agak kurang mulus, sontak semuanya berdzikir karna ketakutan, tapi ketika lancar lagi ketawa lagi, manusiawi banget. 

9 jam di pesawat lengkap dengan suka dukanya, suasana jama’ah mulai hening ketika sedikit demi sedikit gurun pasir terlihat, jauh berbeda dengan tanah kita di Indonesia yang subur makmur, disini kita hanya melihat hamparan pasir yang begitu luas. Ada rasa haru karena kita bias menginjakan kaki di tanah suci ini, teringat bagaimana perjuangan Rosulullah di kota ini. al hamdulillah tidak henti-hentinya kami memuji pada-Mu Ya Allah pesawat landing dengan baik dan sampai juga kita di Madinah Al Munawwaroh.

Tepat pukul 5 kurang seperempat WIB kami sampai di madinah, Alhamdulillah wa syukru 'ala ni'amillah kita sampai di Madinah. Ketika turun dari pesawat kita langsung dibawa oleh bis ke tempat pemeriksaan pasport, tapi sebelum itu kita diperiksa dulu tentang vaksin meningitis, antri di imigrasi cukup lama setelah itu kita disibukan dengan mencari koper yang dibanting dengan seenaknya oleh pekerja sana. Di rumah kita pak serapih mungkin tapi disini sama petugasnya dibanting seenaknya.
Lucunya banyak koper yang pakai tanda aneh seperti centong nasi, ada yang sama angklung ada yang pakai kain warna warni, ada juga yang pakai boneka, pokoknya asalkan tanda koper kita lain dari yang lain supaya mudah dikenali walaupun kadang-kadang malah tambah membingungkan
Koper pun ketemu, kebingungan lainnya menghampiri. Ternyata koper-koper kita akan langsung diangkut ke hotel jadi sebenernya tidak usah dicari dan dipisahkan sekarang (capee dehh). Kita disuruh langsung naik Bis menuju hotel. Cukup mengherankan karena ternyata Bis nya tidak sebagus yang kita perkirakan. Bus kecil (tiga per empat an gitu lah) tanpa AC yang sudah terbilang jelek yang mengangkut kami ke hotel. Parahnya lagi bus nya putar puter nyari hotel yang dituju. Kita sih husnudon aja mungkin sang supir ngajak kita jalan-jalan dulu melihat pemandangan kota Madinah  

Akhirnya sampailah kita di hotel yang bernama Al Mukhtaro al-‘Alami. Badan sudah pegel sudah ingin istirahat tapi disini pun kita perlu kesabaran yang ekstra. Kita menunggu Ketua Rombongan (Karom) mengambil kunci belum lagi kita harus mencari koper yang numpuk banyak sekali di lobi hotel pokoknya sabar, sabar dan sabarlah kuncinya. Kadang memang keindahan dan kenikmatan beribadah itu harus melewati perjuangan terlebih dahulu

Malemnya kita langsung diajak ke mesjid nabawi. Ketika memasuki halamannya, subhanallah perasaan campur aduk bahagia haru karena bisa masuk ke mesjid ini, kaki kanan kami langkahkan sambil membaca do’a khusus. Kemudian kita berjama’ah shalat dan melihat tempat-tempat ijabah, maqam Rasulullah dan raudhoh. Karna malam ini baru pertama kali jadi hanya lihat-lihat saja. Cukup beruntung karena kita termasuk kloter awal jadi di Mesjid Nabawi masih belum terlalu ramai

 3 oktober 2011 @ Bandara sukarno hatta, Dalam pesawat saudi airlines, dan  Tiba di Madinah