Knowledge Management dan Sustainable Bisnis Pesantren


Knowledge Management dan Sustainable Bisnis Pesantren

Penulis : Heri Siswanto


Ada hal yang sangat bermakna dari perjalanan bersama 30 Pesantren binaan Bank Indonesia KPw Tasikmalaya dalam kegiatan Capacity Building kali ini. Study lapangan tidak hanya memberi pengalaman pada pengelolaan yang terlihat secara fisik, akan tetapi kami diberikan kesempatan secara detail untuk kemudian mendalami informasi terkait manajemen pelaksanaan dan kami dapatkan hal yang jarang disadari betapa pentingnya dalam ranah kelembagaan atau organisasi tertentu untuk menerapkan hal ini, padahal ini merupakan ide awal dan gagasan dari mana segalanya bermula, yakni manajemen pengetahuan atau knowledge management. Dalam hal ini knowledge management yang telah diimplementasikan oleh pesantren Al Muayyad khususnya terkait pengelolaan bisnis pesantren. Melalui tulisan singkat ini mari kita lihat bagaimana kaitan knowledge management dengan keberlanjutan kegiatan usaha pesantren.

Menurut Harvard College, Knowledge Management merupakan suatu proses terformat dan terarah dalam mencerna informasi yang dimiliki suatu organisasi yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan tiap individu yang ada di dalam organisasi itu sendiri. Knowledge Management dapat diklasifikasikan dalam 3 kerangka menurut Nataliana (2029) yaitu: (1) Core Knowledge, merupakan knowledge yang harus ada atau inti knowledge yang akan terus digunakan oleh organisasi itu sendiri; (2) Advanced Knowledge, yaitu knowledge yang membuat organisasi itu berbeda dengan yang lain; (3) Innovative Knowledge, yakni knowledge yang dapat mengarahkan organisasi untuk terus melakukan inovasi yang dapat memimpin organisasi itu sendiri yang berbeda dengan yang lainnya. Tidak hanya pada organisasi atau perusahaan besar, knowledge management ini dapat diterapkan pada segala lini dan jenis organisasi baik sosial maupun konvensional, begitu juga dalam hal ini pada pondok pesantren.

Kaitan dengan implementasi di Pesantren, menyimak penyampaian Gus Wahid selaku Koordinator Bidang Perekonomian Pesantren al Muayyad bahwa pola yang dijalankan oleh mereka juga meliputi 3 lingkaran utama, yakni: (1) Smart Practices; praktik usaha secara cermat dan tertarget (2) Sustainable; berkelanjutan dari hulu hingga ke hilir dan (3) Capture; penyimpanan dan pengambilan pengetahuan baru. Life-circle tersebut disusun untuk menjaga sustainable kegiatan pesantren khususnya pada ranah bisnis pesantren. Dari pola tersebut dan dengan segala implementasinya secara spesifik bertujuan untuk: (1) Mendokumentasikan segala bentuk pengetahuan keluarga besar serta core bisnis di lingkungan al Muayyad; (2) Mengorganisasikan pengetahuan warga khususnya pegawai pada kegiatan bisnis di lingkungan al Muayyad agar mudah dicari dan dibaca untuk dipelajari dan dikembangkan; (3) Menyiapkan rujukan dan referensi pengalaman untuk dijadikan bahan dalam melakukan pengalaman baru dan pengembangan kegiatan bisnis al Muayyad yang berkelanjutan.

Hemat saya, ketika sistem dan tata kelolanya baik, maka arah gerak organisasi juga akan baik. Dalam hal ini sekaitan dengan usaha atau bisnis pesantren, jika ada sistem yang jelas, makan keberlangsungan usaha juga akan berjalan sesuai target dan arahnya, tentu dari generasi ke generasi. Pola yang sudah diterapkan oleh al Muayyad tentu bisa dijadikan sebagai contoh implementasi knowledge management pada bisnis pesantren. Akan tetapi ini tidak bersifat baku, knowledge management menyediakan ragam pola yang dinamis, artinya dapat disesuaikan pengimplementasiannya dengan kondisi organisasi usaha masing-masing pesantren. Saat ini Pesantren dengan jargon peningkatan kemandirian dan pemberdayaannya, sudah selayaknya memiliki sistem knowledge management yang baik untuk menjaga sustainable bisnis pesantren itu sendiri, sehingga dapat mencapai dan menopang kemandirian pesantren serta diharapkan impact pemberdayaan yang besar pada umat.


The Sunan Hotel Solo, 29 November 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar