Santri & Generasi Literasi
Penulis : Irfan Soleh
Ikatlah ilmu dengan tulisan, kata-kata bijak dari Ali bin Abi Thalib, yang harusnya jangan hanya dibaca namun harus diimplementasikan. Pramoedya Ananta Tour juga pernah berkata orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah, menurut beliau menulis adalah bekerja untuk keabadian. Kata-kata bijak tersebut harus menjadi motivasi kita semua untuk rajin menulis, syarat agar bisa menulis ya harus rajin membaca. Program baca tulis terus kami tekankan bagi para santri di Raudhatul Irfan. bagaimana cara membangun generasi aktif literasi khususnya dikalangan santri?
Malahayati dan Peng Kheng Sun dalam buku yang berjudul membangun generasi aktif literasi menuliskan bahwa dalam sejarah peradaban dan kebudayaan manusia, bangsa-bangsa yang mempunyai budaya baca tulis yang maju terbukti mengalami perkembangan peradaban yang lebih cepat daripada bangsa yang budaya baca tulisnya kurang menonjol. Kita juga bisa mengatakan bahwa lembaga pendidikan baik sekolah maupun pesantren yang memiliki budaya baca tulis yang tinggi akan memiliki perkembangan yang lebih cepat dibandingkan lembaga pendidikan yang kurang memperhatikan budaya baca tulis civitas akademika lembaganya
Menyadari pentingnya Baca Tulis, Pesantren Raudhatul Irfan sering mengadakan acara literasi baik bedah buku, pelatihan menulis dan lainnya. salah satunya adalah Sarasehan kepenulisan dalam rangka Silaturahmi wilayah Forum Lingkar Pena Jawa barat beberapa waktu yang lalu yang membahas bagaimana cara membuat tulisan fiksi khususnya cerpen. Pertama pembicara membahas mengenai apa dan bagaimana menulis cerpen kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung dengan durasi waktu lima belas menit saja. kami berhasil menjaring lima cerpen santri yang layak dilanjutkan bahkan akan diterbitkan dalam buku antologi cerpen FLP Ciamis
Semua santri diwajibkan menulis namun yang kami pilih untuk dimasukan ke antologi cerpen hanya beberapa santri saja. Beberapa judul yang kami pilih adalah Hadiah yang tak di duga, titik dari kisah adalah mimpi, aku dan dunia sampah, bunga terakhir dan pesan dari alam. Semuanya merupakan santri Raudhatul Irfan sekaligus siswa SMAIT Irfani QBS. saya bersyukur karena dalam waktu lima belas menit mereka berhasil 'meliarkan' imajinasinya sehingga tercipta sebuah karya cerpen. kami juga baru mengetahui ternyata ada beberapa santri yang sudah mempunyai novel lebih dari dua ratus halaman dan itu baru berupa tulisan tangan, insya Allah akan kami dukung untuk dibukukan dan diterbitkan. Semoga para santri dimanapun berada semakin aktif berkarya menjadi generasi aktif literasi, semoga...Amin...
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 3 September 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar