ITCB, MI dan RI


ITCB, MI dan RI

Penulis : Irfan Soleh

Irfani Teacher Capacity Building (ITCB) yang pertama sudah di gelar pagi tadi, senin 14 Februari 2022, dengan tema Multiple Intelligence (MI) Theories. Alhamdulillah mayoritas guru Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis (RI), Smpit Irfani Qbs dan Smait Irfani Qbs bisa mengikuti acara  ini. Apa saja yang saya sampaikan pada ITCB? MI lahir atas dasar kritik terhadap teori kecerdasan sebelumnya bahkan dianggap bencana terhadap sumber daya manusia, apa saja bencana SDM tersebut? Apa makna kecerdasan? Bagaimana Cara mengembangkan kecerdasan? Apa saja poin-poin kunci dari konsep MI? 

Pada tahun 1905 Alfred Binet dkk menciptakan tes kecerdasan pertama dan memberikan opini kepada masyarakat bahwa kecerdasan itu dapat diukur secara objektif dan dinyatakan dalam satu angka yaitu nilai IQ. Kemudian pada tahun 1963, Prof Samuel Kirk dari Universitas Chicago Amerika mengembangkan konsep bahwa manusia harus ditemukan kelemahannya dan diberi label LD, ADD dan ADHD. Dua hal tersebut yaitu penerapan Closing Test (Alfred Binet) dan penerapan Disability Test ( Samuel Kirk) dianggap sebagai dua bencana besar bagi Sumber Daya Manusia.

Akhirnya Dr Howard Gardner pada tahun 1983 mencetuskan teori Multiple Intelligence (MI) pada tahun 1983 sebagai kritik terhadap kevalidan tes IQ dan labelisasi Disability Test. Sehingga ada perubahan paradigma yaitu sebelum MI muncul kecerdasan itu diukur hanya dengan angka setelah Teori MI muncul kecerdasan itu didefinisikan ulang menjadi prilaku yang cenderung diulang-ulang yang bersumber dari kebiasaan (habit). Ada dua batasan kebiasaan yang berkaitan dengan kecerdasan ini yaitu kebiasaan seseorang menciptakan produk baru yang memiliki nilai budaya (kreatifitas) dan kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving).

Kecerdasan itu tidak tunggal tetapi beragam. Teori kecerdasan MI secara umum menyebutkan ada 8 kecerdasan yaitu linguistik (bahasa), matematis logis (angka dan logika), spasial-visual (gambar dan ruang), musikal (musik), kinestetis (bergerak), interpersonal (bergaul), intrapersonal (diri), dan naturalis (Alam). Menurut Gardner masih banyak kecerdasan lain yang belum ditemukan tetapi menurut Pak Munif Chatib yang paling penting adalah ia mampu membawa manfaat atau benefit positif bagi orang tersebut dan bagi banyak orang. Kecerdasan itu bisa dikembangkan dalam arti kita harus menemukan dan mempertahankan dalam waktu yang cukup lama sampai pada masuk dalam kondisi terbaik anak kita.

Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan? Menurut Munif Chatib setidaknya ada dua cara yaitu 1) proses discovering ability: proses menemukan kemampuan seseorang dengan terus memberikan apresiasi terhadap kelebihan-kelebihan yang ditunjukan setiap saat dan 2) proses the right man on the right place: yaitu menempatkan profesi anak kita sesuai dengan kemampuannya. Kemudian kita harus memahami kaitan antara otak dan kecerdasan karena lobus otak atau lokasi otak ini berperan dan berfungsi tertentu sesuai dengan kecendrungan kecerdasan seseorang. (Nanti kita bahas pada tulisan khusus mengenai hal tersebut.) Hal tersebut nantinya akan berpengaruh pada pencarian gaya belajar dan metode mengajar yang sesuai dengan kecendrungan kecerdasan peserta didik.

Terakhir ada 4 hal yang menjadi poin kunci teori MI yaitu 1) setiap orang mempunyai 8 kecerdasan. Ada yang dominan dan ada yang tidak. 2) setiap orang dapat mengembangkan setiap kecerdasannya sampai pada tingkat penguasaan yang memadai (benefit). 3) kecerdasan-kecerdasan tersebut umumnya bekerja sama dengan cara yang konpleks dan 4) ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori kecerdasan. Sebagai pendidik kita harus berupaya menemukan ragam kecerdasan peserta didik kita dan berupaya memberikan stimulus yang tepat agar peserta didik kita mempunyai kompetensi versi terbaik mereka. Harapannya santri Raudhatul Irfan (RI) bisa menjadi santri terbaik sesuai dengan ragam kecerdasan mereka masing-masing.


SMPIT & SMAIT IQBS, 14 Februari 2022

1 komentar: