Puasa dan Semangat Meninggalkan Maksiat


Puasa dan Semangat Meninggalkan Maksiat

Penulis : Irfan Soleh


Momen Triwulan Wali Santri Raudhatul Irfan edisi 9 Maret 2024 diisi tidak hanya dengan dzikir, munajat Qurani, Pengajian juga shalawatan namun juga diisi dengan makan-makan khas tradisi munggahan. Harapannya semoga bisa seimbang antara asupan makanan raga dengan makanan jiwa. Sesi pengajian menjelang ramadhan ini kita membahas tata cara berpuasa menurut Imam al Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah dilanjutkan dengan pembahasan mengenai meninggalkan larangan, bagaimana cara meninggalkan maksiat baik maksiat lahir maupun maksiat hati.

Menurut Imam Al Ghazali puasa jangan hanya sebatas meninggalkan makan, minum dan bersenggama saja namun juga harus disertai dengan menjaga semua anggota tubuh dari perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. kita harus menjaga mata dari memandang perkara-perkara yang dilarang, menjaga lisan dari ucapan yang tidak ada gunanya, memelihara telinga dari mendengar hal-hal yang dilarang Allah sebab dosa orang yang mendengar sama dengan dosa orang yang berkata, menjaga masuknya sesuatu yang syubhat dan haram kedalam perut dan menjaga kemaluan dari yang diharamkan.

Kita harus memahami bahwa anggota tubuh kita merupakan nikmat Allah yang di anugrahkan kepada kita dan merupakan amanah dari Allah. ketika kita menggunakan anggota tubuh baik mata telinga tangan kaki perut hingga kemaluan untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT berarti kita telah menyalahgunakan nikmat, Imam al Ghazali sampai menyebutnya sebagai puncak kekufuran, juga sebagai bentuk penyelewengan dan pengkhianatan karena anggota tubuh itu ibarat rakyat yang menjadi tanggung jawab kita, sehingga harus dijaga dan dipelihara dengan baik karena kita pasti akan dimintai pertanggungjawaban.

Kemudian terkait maksiat hati, Imam Al Ghazali menyatakan bahwa sifat-sifat tercela yang ada didalam hati itu banyak dan cara membersihkan hati dari sifat-sifat tercela itu perlu waktu lama dan pengobatannya pun sulit sehingga kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar bisa membersihkannya. didalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali hanya membahas tiga sifat hati yang sangat jelek yang harus kita hindari yaitu, Hasud, Riya dan Ujub. Hasud ialah orang yang merasa keberatan atau tidak senang jika Allah SWT memberikan nikmat baik berupa ilmu harta dan pengaruh kepada orang lain selain dirinya dan dia mengharapkan atau sangat senang jika nikmat tersebut lepas dari tangan orang yang menerimanya meskipun dia tidak mendapatkan nikmat tersebut.

maksiat hati yang kedua adalah riya yaitu upaya kita mencari perhatian dari orang lain untuk memperoleh kedudukan dan pengaruh. sedangkan cinta kedudukan itu bagian dari menuruti hawa nafsu. riya itu juga sama dengan syirik terselubung. riya harus kita hindari karena bisa menghapus nilai pahala semua amal soleh kita. maksiat hati yang ketiga adalah ujub yaitu memandang mulia kepada diri sendiri dan memandang remeh kepada orang lain. tanda tanda ujub yang paling nampak terlihat adalah suka mengunggulkan diri, menganggap dirinya paling maju, meminta ditonjolkan dan pendapatnya harus diterima. akhirnya semoga pengajian triwulan wali santri kali ini bisa mengingatkan kita semua agar puasa yang akan kita laksanakan bisa menjaga baik lahiriah maupun batiniyah kita dari melakukan kemaksiatan dan semoga kita betul-betul mendapatkan tujuan dari puasa yaitu menjadi orang yang bertaqwa.


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 9 Maret 2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar