Umroh dari Empat Miqot


Umroh dari Empat Miqot 

Penulis : Irfan Soleh


Jamaah Umroh Irfani Global Travel pada umroh pertama semuanya mengambil miqot di Dzulhulaifah atau Bir Ali kemudian Miqot yang kedua di Ji'ronah dan ada juga yang mengambil miqot di Tan'im dan Qornul Manazil. Keempat miqot tersebut memberikan pengalaman yang berbeda-beda. Apa yang dimaksud dengan miqot? ternyata masing-masing miqot punya latar belakang sejarahnya, kenapa Dzulhulaifah disebut bir ali? kenapa tan'im disebut mesjid Aisyah? kenapa disebut ji'ronah? mari kita bahas sekilas mengenai riwayat dan sejarah dari keempat miqot diatas.

Miqat merupakan bentuk isim zaman makan dari "auqata-yuqitu" yang memiliki arti menetapkan waktu. Miqat secara istilah dalam ibadah haji adalah tempat-waktu yang ditentukan untuk mulai mengerjakan ibadah haji. Miqat terbagi atas dua, yakni miqat zamani dan miqat makani. Miqat zamani adalah batasan waktu yang digunakan untuk haji dan umrah. Sementara miqat zamani bagi orang yang berhaji adalah Syawwal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

miqat makani adalah tempat yang digunakan untuk pertama kali berihram. Rasululloh SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim dan An Nasai yaitu "Dari Ibnu Abbas RA sesungguhnya Rasulullah SAW telah menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzulhulaifah, penduduk Syam di Juhfah, penduduk Nejd di Qarn, penduduk Yaman di Yalamlam, begitu juga termasuk orang-orang yang ingin berhaji dan umrah yang berasal dari tempat lain tetapi melewati daerah-daerah tersebut (maka miqatnya sama dengan daerah yang dilewati)".

Namun bagi penduduk Mekah atau orang yang muqim di Mekah, maka miqot nya ketika dia berhaji boleh dari tempat dia tinggal, berbeda ketika Ia umroh. Bila dia umroh maka miqot nya terletak di adnal hilli (tanah halal yang terdekat), bisa di Tan’im atau Ji’ronah. Menurut riwayat, miqat Tan'im ini disebut juga miqat Nisai karena miqat ini pada awalnya dipergunakan untuk miqat Aisyah. Diriwayatkan, ketika baru selesai menunaikan ibadah haji bersama Rasulullah, Aisyah melanjutkan ibadah umroh. Untuk ihram umroh itulah nabi Muhammad menyuruh Aisyah RA berangkat ke Tan'im untuk mulai ihramnya. Dari peristiwa itulah masjid di Tan'im menjadi lebih dikenal sebagai Masjid Aisyah.

Syekh Muhammad Ilyas Abdul Ghani dalam bukunya yang berjudul Sejarah Makkah menuliskan, kata Ji’ranah diambil dari nama seorang wanita yang hidup di daerah tersebut. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Fakihi dari Ibnu Abbas Ra bahwa surat Al-Nahl ayat 92 yang berbunyi Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali turun pada seorang wanita Quraisy dari Bani Tim yang dijuluki dengan julukan Ji’ranah. Wanita itu disinyalir sebagai seorang wanita yang terkenal dungu. di Ji'ronah juga terdapat sebuah sumur yang dinamakan sumur jironah. namun sumur itu ditutup oleh pemerintah arab saudi karena banyak yang mengambil air berkah dari sumur tersebut.

Sami bin Abdullah al-Maghlout dalam Atlas Haji dan Umrah menjelaskan, Bir Ali dahulu dikenal sebagai Dzul Hulaifah, sebuah desa yang berjarak 6 atau 7 mil dari Kota Madinah. Dari sana, penduduk Madinah mengambil miqat untuk berhaji. Dzul Hulaifah dinamakan dengan Abyar Ali. Jika merujuk pada buku Atlas Haji dan Umrah, maka nama ini  dinisbahkan pada Ali bin Dinar, seorang Sultan Darfur yang selama kurang lebih 20 tahun selalu mengirimkan kiswah Ka’bah ke Makkah dari Fasher, ibu kota Darfur. Namun menurut KH Ahmad Chodri Romli dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah mengatakan, daerah ini disebut dengan Bir Ali karena masa lampau Sayyidina Ali Bin Abi Thalib RA. pernah membuat galian beberapa sumur di kawasan ini.

Ketika kita mengambil miqot di tempat yang berbeda-beda secara tidak langsung kita juga mempelajari dan mengunjungi beragam tempat bersejarah. kami mengunjungi miqot bir ali bersama-sama ketika dari madinah menuju mekkah. sementara miqot ji'ronah kami kunjungi setelah jiyarah dari armina yaitu arofah, muzdalifah dan mina. kemudian miqot tan'im, kami kunjungi dengan naik taksi 40 SAR dari hotel le meridien mekah tempat kami menginap dan terakhir miqot qornul manazil, miqot terluas dan ternyaman kami kunjungi setelah jiyarah dari thoif. kami mendapatkan pengalaman yang berbeda-beda namun pada intinya sama yaitu dari sana kami memulai niat melaksanakan umroh. semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga pembaca bisa berkunjung kesana, aamiin...


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 22 November 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar