Akhlak, Pembiasaan dan Pesantren



Akhlak, Pembiasaan dan Pesantren

Penulis : Irfan Soleh


Zidni Rasikh Irfani seperti santri yang lain pulang ke rumah libur dari 15 Ramadhan sampai 7 Syawal. 2 minggu awal ramadhan ia masih bersemangat shalat berjamaah, muroja'ah hingga ziyadah hafalan Qur'annya. Kami sangat berbahagia dengan perkembangan itu karena dengan shalat ia akan terhindar dari beragam kejelekan dan dengan Qur'an ia akan mendapat banyak petunjuk kebaikan. Namun seminggu terakhir ada sedikit perubahan terlihat semakin berat ketika hendak shalat dan murojaahnya pun sering ketinggalan apalagi tambahan hafalannya. Saya kebetulan sedang membaca buku Prof Quraish Shihab tentang akhlaq dan ada satu bagian yang membahas tentang bagaimana membentuk akhlak. Apa kaitannya dengan kondisi zidni?


Menurut Prof Quraish Shihab akhlak lahir dari kebiasaan. Kebiasaan lahir dari proses pembiasaan. Pembiasaan berasal dari kata dasar biasa, lazim, sering kali. Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan, mendorong seseorang agar mengupayakan pengulangan suatu tindakan agar ia terbiasa melakukannya sehingga terkadang seseorang tidak menyadari lagi apa yang dilakukannya karena sudah menjadi kebiasaan baginya. Pembiasaan dalam bahasa agama dinamai takhalluq yang seakar dengan kata akhlaq. Takhalluq adalah memaksakan diri dan membiasakan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Takhalluq memerlukan dorongan dari luar karena ia pada mulanya terasa berat. Bentuk dorongan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan yang disadari dan dapat juga lahir dari keteladanan tokoh yang dikagumi.


Zidni, putra putri kita bahkan kita semua sebenarnya harus terus berupaya memaksakan diri kita agar terbiasa melakukan kebaikan karena akhlaq dalam pengertian budi pekerti maupun sifat yang mantap dalam diri seseorang atau kondisi kejiwaan baru dapat dicapai setelah berulang-ulang latihan dan dengan membiasakan diri melakukannya. Selain pembiasaan dan meniru keteladanan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konteks meraih akhlaq mulia yaitu melakukan introspeksi, menyibukan diri dengan hal positif, memperhatikan dampak buruk ketiadaan akhlaq, berada dilingkungan yang baik, membaca yang bermanfaat, bergaul dengan yang berbudi dan berdo'a kepada Allah agar diberi akhlaq mulia. Tentu tidak cukup hanya dengan berdo'a namun harus disertai dengan mujahadah berusaha secara terus menerus tanpa lelah .


Libur terlalu lama membuat zidni sedikit berubah, tentu banyak hal yang menyebabkan faktor perubahannya diantaranya godaan maen handphone dan lain sebagainya tapi yang pasti manusia adalah ciptaan Allah yang diberi potensi untuk berubah, dari positif ke negatif atau sebaliknya. Imam Al Ghazali mengingatkan kita bahwa dalam diri manusia itu ada potensi ilmu, potensi amarah, potensi syahwat/keinginan dan potensi adil. Potensi ilmu bila dikelola dengan baik bisa menjadikan seseorang mampu mengetahui baik dan buruk, benar dan salah sehingga melahirkan hikmah. Potensi amarah dan Potensi Syahwat harus dalam kendali hikmah atau ilmu yang baik jangan sampai ia lepas kendali sehingga nanti muncul keberanian dan iffah (kesucian diri). Potensi keadilan akan mewujud dalam diri manusia  kalau berhimpun dalam dirinya hikmah, iffah dan keberanian.


Zidni, para santri bahkan kita semua mungkin sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana perintah Allah dan mana larangan Allah.  Tentu tidak cukup hanya dengan pengetahuan saja tetapi diperlukan kehendak dan disiplin yang kuat untuk melaksanakan pengetahuan tersebut. Perlu ada upaya yang kuat mengendalikan potensi amarah/ ghodob dan potensi syahwat/ keinginan dengan hikmah yang dihasilkan dari kita belajar dipesantren. Jadi saya sebagai orang tua akan memberi tahu zidni terlebih dahulu apa yang harus ia ketahui dan apa yang harus ia lakukan selanjutnya kembalikan ia ke pesantren untuk kembali bermujahadah melawan beragam godaan dan cobaan yang mengganggu zidni dari keistiqomahan. Intinya orang tua harus faham bahwa perjuangan anak-anak kita tidak mudah jangan saling menyalahkan apalagi menyalahkan pesantren yang telah ikhlas mendidik putra putri kita menjadi insan yang berakhlaq mulia. Segera kembalikan ke pesantren, dan kita sama-sama berjuang anak kita berjuang di pesantren kita mendorong secara lahir dan batin.


Setelah berusaha kita kemudian berdo'a kepada Allah. Salah satu do'a yang termaktub dalam hadits riwayat muslim adalah sebagai berikut yang artinya Ya Allah anugrahilah aku petunjuk/antarkanlah aku menuju akhlaq yang terbaik karena tidak ada yang dapat memberi petunjuk/mengantar kepada yang terbaik kecuali Engkau. Hindarkanlah aku dari akhlaq yang buruk karena tidak ada yang dapat menghindarkannya kecuali Engkau (HR. Muslim). Tinggal ditambahkan saja didalam do'a diatas untuk aku dan anaku bahkan keluarga kita semua. Teks arabnya sebagai berikut:


اللهمّ اهدنى لاحسن الاخلاق فانّه لا يهدى لاحسنها الا انت واصرف عنّى سيّئها فانّه لا يصرف عنّى سيّئها الا انت


Semoga kita semua beserta putra putri kita, santri-santri kita dan kita semua dianugrahi oleh Allah Akhlaq yang mulia, Amin Ya Allah Ya Mujibassailin...


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 6 Mei 2022

1 komentar:

  1. Terimakasih atas wejangannya semoga Allah memberikan yang terbaik kepada kita semua, Amiiin

    BalasHapus