Brain Based Learning
Penulis : Irfan Soleh
Irfani Teacher Capacity Building (ITCB) yang ketiga mengambil tema Brain Based Learning. Pada ITCB yang kedua kita sudah menyinggung model Visual, Audio, Kinestetis (VAK) yang dipopulerkan oleh John Grinder pada tahun 1970. Model ini menjadi dasar dari Neuro Linguistik Programming (NLP). Menurut pendapat model tersebut gaya belajar bersumber dari modalitas (indra) yang menyimpan dan memproses informasi. Tulisan ini akan membahas 3 modalitas tersebut ditambah dengan bagaimana agar informasi yang kita sampaikan pada peserta didik bisa masuk pada memori jangka panjang.
Modalitas adalah cara guru menyampaikan informasi kepada siswa. Modalitas itu tetap tidak berubah dan semua orang sama. Modalitas itu ada 3 yaitu visual (melihat), auditori (mendengarkan) dan kinestetik (melakukan). Modalitas itu tetap dan sama setiap orang sementara gaya belajar itu berubah-ubah dan tidak sama setiap orang. Sehingga gaya mengajar pun harus berubah-ubah disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dari 3 modalitas diatas munculah 3 gaya belajar siswa yaitu gaya visual (belajar dengan cara melihat), gaya auditori (belajar dengan cara mendengar) dan gaya kinestetik (belajar dengan cara bergerak, melakukan).
Kalau kita bandingkan dengan Alquran, Allah SWT berfirman di Surah An-Nahl ayat 78: “Wallahu akhrajakum min buthuni ummahatikum laa ta’lamuna syai’an wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abshara wal-af-idah la’allakum tasykurun,”. Yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur,”. Jadi Sarana mendapatkan informasi menurut al Quran bisa melalui pendengaran, penglihatan dan hati. Sehingga terlihat hubungan gaya belajar Visual Auditory dan Kinestetis dengan 3 sumber informasi yang Allah siapkan untuk kita.
Kemudian bagaimana agar informasi yang kita sampaikan ke peserta didik bisa masuk ke memori jangka panjang. Menurut penelitian Dr Vernon Megnessen pada tahun 1983 semakin tinggi tingkat keterlibatan siswa semakin tinggi juga tingkat memori atau penerimaan siswa. Ketika sampai pada tahap doing the real thing, tingkat memori bisa sampai 90%. Kemudian ada 5 hal yang harus diperhatikan agar masuk memori jangka panjang yaitu 1) rehearsal yaitu selalu diulang-ulang, 2) survival yaitu punya muatan keselamatan hidup, 3) emotional; melibatkan emosi siswa, 4) relevance; materi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan 5) first-new; pertama kali mengalami. Semoga guru-guru baik Smpit Irfani Qbs maupun Smait Irfani Qbs bisa mengimplementasikan point-point diatas agar ilmu yang kita sampikan bisa masuk memori jangka panjang peserta didik, semoga...Amin...
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 2 Maret 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar