The Teacher Writer As A Living Book

 THE TEACHER WRITER AS A LIVING BOOK

 Penulis : Irfan Soleh

Writing style does not come from writing but from reading, kekhasan atau kebiasaan menulis bukan dibentuk oleh aktifitas menulis melainkan oleh aktifitas membaca. Ungkapan tersebut berasal dari Stephen Krashen, penulis the power reading; insight from reseach. Kami akan mencoba membuktikannya, Mau tau bagaimana kami melejitkan kemampuan menulis guru-guru Smpit Irfani Qbs dan Smait Irfani Qbs ? Kenapa guru-guru perlu memiliki kebiasaan baca tulis? 

Jawabannya adalah dengan membuat guru-guru mau membaca. Kami membuat program rutin setiap dua minggu sekali membedah buku-buku tentang pendidikan dan pengajaran di saung yang kami namakan saung literasi. Buku yang kami bedah pagi ini adalah andaikan buku sepotong pizza, rangsangan baru untuk melejitkan " Word Smart " karya Hernowo. Didalam buku tersebut ditulis bahwa membaca dan menulis sebagai dua aktifitas intelektual yang saling melengkapi bahkan Hernowo menganalogikan sebagai sepasang suami istri yang satu sama lain saling mengisi.

Namun pada prakteknya ternyata tidak mudah. Buktinya tidak semua guru yang ikut program 'membaca' ini secara langsung bisa menuliskannya. Bagaimana solusinya? J.K Rowling, pencipta tokoh fiksi harry potter, mengatakan bahwa " start by writing the things that you know, write about your own experiences, and your own feelings. That's what I do " (mulailah dengan menulis hal-hal yang Anda ketahui, menulis tentang pengalaman Anda sendiri, dan perasaan Anda sendiri. Itu yang saya lakukan). Sejauh ini guru-guru kami antusias menuliskan apa yang mereka ketahui dari hasil program saung literasi.

Kenapa kami 'memaksa' guru-guru untuk membaca dan menulis? Karena guru itu adalah a living book. Buku yang hidup yang senantiasa dibaca oleh murid-muridnya. Kita ingin peserta didik mempunyai kompetensi dasar baca tulis maka tentu kita sebagai gurunya harus bisa menjadi the teacher writer.  Karena ketika kita berupaya menjadi guru yang rajin menulis otomatis kita pun harus rajin baca. Pada akhirnya kita akan menjadi contoh yang baik bagi peserta didik dan menjadi buku yang hidup yang senantiasa dibaca oleh murid-murid kita. Aktifitas baca tulis ini jangan disempitkan hanya bagi mereka yang punya kecerdasan kata atau linguistik saja, karena kita semua insya Allah bisa.


Pojok Literasi Guru Irfani, 27 Agustus 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar