Pendidikan, Kebudayaan dan Kebangkitan

Pendidikan, Kebudayaan dan Kebangkitan

Penulis : Dr. H. Irfan Soleh, S.Th.I., MBA.

        Melihat Indonesia saat ini tentu sangat beragam tergantung apa dan bagaimana kita memandangnya. Dengan keterbukaan akses informasi, kita dengan mudah melihat kompleksitas permasalahan yang tengah dihadapi bangsa ini.
        Yudi Latif didalam pengantar buku Pendidikan yang berkebudayaan mengatakan bahwa manakala masyarakat dilanda kegelapan, keterbelakangan, keterpurukan, kekacauan, sedang tidak tahu kunci solusinya maka sandaran pamungkasnya adalah Pendidikan.
        Apa sesungguhnya yang keliru dalam proses pembangunan negeri ini? Menurut Yudi Latif kita mengalami kemiskinan kapabilitas kultural yaitu lemahnya daya-daya saintifik, mental karakter, etos kerja dan elan kreatif untuk mengaktualisasikan potensi-potensi sumber daya yang berlimpah di Indonesia.
        Lantas Pendidikan seperti apa yang Indonesia butuhkan? Yudi Latif mengelaborasi konsepsi Pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai jawabannya karena, meminjam istilah pesantren, beliau mampu melakukan al muhafadzotul bil qodimissolih wal akhdu bil jadidil aslah tetap menjaga nilai-nilai tradisi namun juga tidak alergi dengan modernisasi.
        Ki Hajar melihat bahwa sistem pendidikan yang diwariskan Belanda tidak mengandung cita-cita kebudayaan terlalu menyuburkan fikiran tetapi mengerdilkan perasaan membentuk manusia menjadi mesin belaka kurang menumbuhkan harmoni antara individu dan masyarakat yang begitu dihargai dalam tradisi Indonesia padahal pendidikan dan kebudayaan merupakan proses kreatif yang tidak bisa dipisahkan.
        Ki Hajar mengusulkan konsepsi pendidikan yang bisa menuntun seseorang ke arah kebaikan, kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan hidup yaitu dengan cara mengaktifkan budi pekerti. Budi artinya pikiran , perasaan dan kemauan dan pekerti artinya tenaga dengan demikian budi pekerti sama dengan budi daya disingkat jadi budaya. Pendidikan budi pekerti adalah pendidikan yang berkebudayaan.
        Pendidikan budi pekerti mengupayakan bersatunya pikiran, perasaan, dan tekad kemauan manusia yang mendorong kekuatan tenaga yang dapat melahirkan penciptaan perbuatan baik, benar dan indah. Kurikulum pendidikan harus dapat membantu peserta didik untuk dapat "mengeluarkan dan mengembangkan" daya fikir, daya rasa, daya karya dan daya raga yang sesuai dengan jenjang pendidikan dan tingkat perkembangan peserta didik.
        Menurut Yudi Latif Kapabilitas nilai etis dan etos kerja yang berpadu dengan kreatifitas budaya dan inovasi teknologi yang menubuh dalam manusia unggul lewat proses pendidikan adalah senjata, bahasa dan karisma baru untuk memenangkan masa depan. Pendidikan yang berkebudayaan bisa menjadi wasilah transformasi kebangkitan Indonesia, semoga, Aamiin...

Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis
19 Desember 2020
.
.
.
.
.
.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar