Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, SMPIT - SMAIT Irfani Quranicpreneur Bilingual School

Bunga Terakhir


 

Bunga Terakhir

Jelita Fahira Agrisa

 

“Jelita  dipanggil satpam tuh”panggil Nadya kepada Jelita

Jelita yang sedang membaca Novel pun segera membereskan novelnya dan berdiri dari posisi tidurnya,sambil bersiap siap menggunakan setelan rok cream dan jas angkatannya. Jelita menjawab”wah?!ada apa ya,padahal aku nggak minta bunda atau ayah kesini hari ini”

Meskipun Jelita merasa bingung karena kedatangan orang tuanya yang tiba-tiba,tapi Jelita tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk bertemu orang tuanya. Sambil sedikit berlari,Jelita membenarkan khimar creamnya yang tidak rapi. Sesampainya di posko penjengukan Jelita tercengang melihat kedatangan sang bunda dengan mata yang sembab seperti habis  menangis.

“Bunda kenapa? kok mata nya sembab?Jelita nakal ya?makannya bunda nangis?”Jelita cemas, Bundanya tidak biasa seperti ini.Jelita memegang kedua tangan bunda sambil sedikit mengelus punggung tangannya “Kakak..harus ikhlas ya?Ayah sudah pergi”

Bunda sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi, Risa sebagai bunda Jelita pun memeluk erat tubuh ringkih putrinya “Bb-bunda bohong kan?kemarin waktu ditelpon ayah janji mau bawa kado buat kakak besok di hari ulang tahun kakak” Jelita membalas pelukan bundanya lebih erat kedua wanita itu menangis bersama dan saling menyalurkan kekuatan satu sama lain.

Angin sepoi-sepoi yang sangat mendukung keadaan ini,mungkin alam pun merasakan apa yang saat ini Risa dan Jelita rasakan.

Memang siapa yang siap akan kehilangan? Apalagi harus kehilangan orang yang kita cinta dan kita sayang. Tapi inilah kehidupan tentang sebuah pilihan dan tentang siapa yang tercipta hidup akan mati pada akhirnya.

“Sudah..sekarang kakak siap-siap ya,kita antar pulang ayah ke tempat terakhirnya. Kita harus kuat, apapun yang terjadi nanti, kakak harus jadi orang yang berguna untuk orang lain. Kakak sayang Bunda dan Ayah kan?” Risa mengelus pipi mulus putrinya sambil menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya.

“Kakak kuat ya anak bunda yang paling hebat” Risa terus menguatkan Jelita

“Bun, kakak kuat karena lihat bunda juga kuat, Bunda bertahan lebih lama ya? Kakak mau buat Bunda bahagia karena lihat kakak jadi apa yang bunda mau.” Jelita menegakan bahunya yang sempat turun menandakan dia akan terus kuat sampai dia bisa membuat sang bunda bahagia karenanya.

“Yaudah, kakak siap-siap dulu ya, bunda tunggu disini sebentar.” Risa hanya mengangguk sebagai jawaban, sebenarnya Risa sudah tidak bisa menahan segala kesedihan yang ia pendam sendiri, tapi karena melihat putri tunggalnya yang selalu membuat hatinya lebih tenang karena semangatnya dalam belajar menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren.

 

***

 

Jelita menghapus air matanya yang terus mengalir, ia tidak ingin terlihat sedih di depan teman-temannya. Biarlah mereka mengenal seorang jelita yang selalu ceria dan cerewet.tentang segala sedih dan sakit yang ia punya biarlah dia serahkan kepada sang pencipta.

Di Sepanjang koridor menuju dormitory nya Jelita terus tersenyum dan menyapa orang yang berpapasan dengannya.

“Astagfirullah Jelita, ustadzah cari Jelita dari tadi kemana aja?ini ada kabar dari Bunda-” “Naam ustadzah, Jelita udah tau itu ada Bunda kok di posko penjengukan.maaf ya jelita jadi bikin repot ”Jawab jelita sambil menunduk.

”ustadzah turut berduka cita ya, Jelita harus kuat, kehidupan Jelita masih sangat panjang, jangan bersedih berlarut-larut ya nak.ustadzah tau kok Jelita anak yang hebat dan kuat”ustadzah Rini sebagai pembimbing nya di pesantren,turut menguatkan Jelita. “Naam, syukron ustadzah.kalau gitu Jelita pamit izin pulang ya.Bunda sudah nunggu di depan Assalamualaikum ustadzah” “Waalaikumsalam,hati-hati ya nak salam untuk bunda dan keluarga” Jelita mengangguk sebagai jawaban.

Setelah pamit kepada teman-teman di Dormitory nya Jelita pun bergegas lari agar segera sampai di posko penjengukan. Ia tidak mau membuat bundanya menunggu lama. Setelah sampai di posko penjengukan Jelita tersenyum melihat Bundanya yang sudah sangat sabar menunggunya bersiap-siap.

“Ayo bunda kita antar Ayah pulang dan buat dia bangga karena ternyata 2 wanitanya itu kuat” Jelita berusaha mencairkan suasana bersama Bundanya, ia tidak ingin melihat bundanya sedih. Risa tersenyum mendengar penuturan putrinya,tidak terasa ternyata putrinya itu sudah tumbuh menjadi sosok gadis yang dewasa. Risa tidak boleh menyerah ia harus menemani Jelita sampai nanti.

 

***

 

Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan,sekarang mereka sudah sampai di rumah.Sebenarnya Jelita sudah tidak kuat untuk tidak menangis tapi sebisa mungkin Ia menahannya. Pandangan Jelita langsung terfokus pada tubuh yang terbujur kaku di hadapannya yang tertutup kain samping.Ia berlari ke dekat jenazah almarhum ayahnya dan menangis di sisinya.

”Ayahh..ini kakak ada disini untuk antar ayah ke tempat terakhir ayah.kakak tau ayah masih ada disini dan lihat kakak juga bunda disini.kakak mohon sama ayah jaga kami dari sana ya,kakak ikhlas ayah pergi.ayah yang tenang ya,terimakasih ayah sudah bertahan dan selalu kuat,kakak bakal selalu doain ayah dan selalu rindu ayah sampai kakak juga ikut ayah” Jelita membuka kain samping yang menutup wajah almarhum ayahnya dan mencium keningnya lama menyalurkan kerinduan yang sempat tidak tersampaikan kepada ayahnya. Risa yang ada di sisi Jelita pun ikut menangis melihat putrinya yang merasa sangat kehilangan sosok ayah dalam hidupnya untuk selama-lamanya.

“Nak..kata ayah, kamu harus tumbuh jadi orang yang bisa berguna untuk orang-orang, sekolah sampai jadi sarjana dan memberikan ilmu yang kamu punya ke orang-orang agar ilmu kamu bermanfaat. Jangan pernah bosan buat mencari ridho Allah ya sayang” ucap Bunda sambil mengelus punggung putrinya yang masih menangis terisak di sisi jenazah almarhum ayahnya. Jelita bangun dan menatap wajah sendu bundanya.

“kakak mohon sama Bunda, tetap disini ya bunda, temani kakak sampai kakak mewujudkan apa yang ayah mau dari kakak” Jelita menggenggam tangan bundanya erat seolah ia tidak ingin kehilangan bundanya seperti saat ini ia kehilangan ayah untuk selama-lama nya.

Setelah selesai pemakaman, Bunda setia menunggu Jelita yang masih bercengkrama dengan gundukan tanah  di depannya seolah memang ayahnya masih ada. “Kakak.. Sudah mau hujan pulang ya kak.. Besok bunda antar kakak kesini lagi kalau kakak memang masih kangen sama ayah”ucap bunda. Jelita mendonggakan kepala melihat bunda yang tersenyum kepadanya. Jelita berdiri dan menggandeng tangan bunda dan tersenyum ke arahnya. “bunda tunggu di mobil aja,kakak masih mau disini sebentar” Risa mengangguk mengiyakan, wanita itu pergi lebih dulu dan menunggu Jelita di dalam mobil. Jelita memejamkan matanya sejenak menahan rasa sakit dihatinya karena kehilangan sosok ayah dalam hidupnya, tapi ketika Jelita membuka matanya kembali ia melihat ayah berdiri di hadapannya sambil tersenyum bercahaya” Kakak, ayah pamit pergi.maaf ayah gak bisa dampingi kakak sampai kakak sarjana nanti.tapi ayah minta sama kakak agar kakak tetap menjadi gadis yang kuat dan tabah dalam menghadapi ini, ingat ini.. kemanapun kakak pergi dan berapa lamapun ayah meninggalkan kakak, ayah selalu ada di hati kakak. Ikut bersama gadis ayah yang paling cantik ini, ayah mohon sama kakak jangan pernah lunturkan senyum kakak ya, jangan banyak bersedih.ayah sayang kakak selalu.” ayah tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Jelita, Jelita yang sadar akan kejadian ini hanya bungkam dan mendengarkan apa yang menjadi pesan terakhir dari ayahnya.entah mimpi atau bukan Jelita sangat bersyukur karena ia bisa bertemu ayah untuk terakhir kalinya.tangis jelita semakin pecah ketika melihat ayahnya yang pergi diiringi cahaya yang mengelilinginya. Kakak bakal selalu ingat amanat ayah,ayah pergi yang tenang ya. Terus bersinar di atas sana bersama bintang-bintang di langit.biar ketika kakak rindu ayah,kakak tinggal lihat bintang.ayah..ayah akan selalu terkenang di hati kakak selamanya. Jelita berucap dalam hatinya. Ia tidak boleh sedih berlarut-larut,Jelita pun berdiri dan siap meninggalkan makam ayahnya. Sebelum benar-benar pergi Jelita membalikan tubuhnya ke makam ayah dan tersenyum getir melihat gundukan tanah disana. Jelita menghapus kasar air mata yang keluar dari matanya dan pergi menyusul bunda yang sudah menunggu di mobil.

 

***

 

“KAKAK!BANGUN INI SUDAH JAM 6” Risa berusaha membangunkan Jelita

“Bundaaaaaaa!”Jelita berteriak terbangun dari mimpi panjangnya semalam. “Kenapa kak?ayo bangun kita siap-siap hari ini kan kakak wisuda. Masa kakak lupa”

“Bunda, kakak mimpi ayah pas ayah ninggalin kita bun” Jelita mengusap keringat yang bercucuran disertai keringat dingin.

”Nak.. Doakan ayah terus ya jangan sampai terlewat setiap habis sholat kakak, karena ayah selalu nunggu doa dari kakak. Sekarang mendingan kakak siap siap ya, hari ini kakak wisuda dan kakak harus make up. Bunda gak mau kita telat”jawab bunda menenangkan. Jelita mengangguk sebagai jawaban dan ia bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap siap.

Kejadian 6 tahun lalu nyatanya masih terus teringat oleh Jelita. Disaat dia masih menimba ilmu di pondok pesantren dan ayahnya pergi meninggalkan Jelita untuk selamanya. Saat itu usia Jelita ganjil 17 tahun dan dia selalu berjuang untuk menjadi yang terbaik untuk Bunda dan Ayahnya hingga saat ini.

Hari ini adalah hari dimana Jelita wisuda karena sudah menyelesaikan pendidikan S1nya. setelah selesai bersiap siap, Jelita menuruni anak tangga dan segera menemui sang bunda yang sudah siap jauh sebelum Jelita siap. “Bundanya siapa sih ini cantik banget”Jelita tampak takjub melihat sang bunda yang memakai gaun warna beige ditambah dengan brokat yang membuat gaun terlihat sangat elegan dan cocok digunakan untuk bunda tak lupa hijab dengan warna yang senada dengan gaunnya membuat bunda menjadi lebih cantik. “Bisa aja kamu, kamu juga cantik kak kan kita serasi” Bunda tertawa sambil merangkul pundak Jelita, Jelita pun ikut tertawa mendengar lelucon Bunda. “Yaudah ayok bun,katanya gak mau telat” “ayo sayang.” mereka berdua pun pergi menuju Universitas Indonesia.

 

Sesampainya mereka di gedung utama,mereka langsung menduduki tempat yang sudah disediakan. Acara  pun sudah dimulai sejak 35 menit yang lalu. Jelita maju saat namanya dipanggil untuk pemindahan tali toga sebagai  tanda kelulusannya dan penerimaan ijazah. Ia terkejut saat namanya dipanggil untuk kedua kalinya karena menjadi mahasiswi lulusan terbaik fakultas hukum, bunda meneteskan air matanya bangga, ia mengangguk memberi isyarat kepada jelita agar dia maju menuju podium untuk menyampaikan sepatah dua patah kata.

 

Dengan langkah yang penuh semangat Jelita naik  ke atas podium“Saya sangat sangat bersyukur kepada Allah, karena saya bisa diberi kesempatan oleh-Nya sehingga saya bisa ada di titik sekarang ini. Lalu saya persembahkan ini semua untuk Bunda hebat saya yang menemani saya saat ini. Bunda kali ini kakak berhasil”Jelita mengangkat piagamnya,ruangan itu dipenuhi riuhan tepuk tangan semua orang hingga suasana kembali hening,dan jelita kembali bersuara “Dan ini untuk ayah saya yang ingin anaknya sekolah sampai mempunyai gelar sarjana sehingga ilmunya bisa bermanfaat untuk orang di sekitar saya. Dia ada di sana” jelita menunjuk ke arah atas gedung, sehingga atensi semua orang fokus mendengarkan apa yang akan jelita ucapkan selanjutnya. “Meskipun ayah nggak membersamai kakak disini,tapi kakak tau ayah selalu ada di hati kakak dan di hati bunda sampai kapanpun. Terimakasih ayah. amanat dari ayah saya lah yang bisa membuat saya gigih dalam belajar selama ini.sekali lagi saya persembahkan ini untuk kedua orang tua hebat saya yang mendidik saya dengan penuh cinta dan ketulusan di dalamanya. Bunda, Ayah, kakak sayang kalian selalu..”

Semua orang yang  ada disana memberikan tepuk tangan yang sangat meriah untuk Jelita. Jelita turun dari podium setelah selesai berfoto dengan dekan–dekan kampus di depan, ia kembali ke tempat duduknya semula dan memeluk sang bunda erat sangat erat, ia menangis haru di dalam pelukan sang bunda. “Bunda kakak persembahkan ini semua untuk bunda dan ayah,kakak selalu sayang kalian”

“Makasih kak sudah buat bunda dan ayah bangga sama kakak, terus berjalan ya jangan pernah puas sama apa yang sudah kakak capai saat ini. Ini adalah awal yang baik untuk kakak, ingat selalu amanat ayah untuk kakak ya sayang” Risa mengecup kening Jelita,Jelita memejamkan matanya ketika ciuman hangat Bundanya terasa sangat tulus. Jelita terharu akan ini dan dia akan membuktikan bahwa dia bisa selalu membuat orang tuanya bangga.”Bunda ayo kita ke makam ayah” “Iya kak ayo.” Bunda tersenyum dan merangkul pundak putrinya.  Setelah selesai acara, mereka pun pergi meninggalkan universitas tersebut menuju makam sang ayah. 

Setelah mereka berdoa di makam ayah,Jelita pun meletakan toga di batu nisan ayah”Ayah hari ini adalah hari ulang tahun ayah,kakak persembahkan hadiah ini untuk ayah.kali ini kakak berhasil, kakak juga jadi lulusan terbaik. Ini semua karena ayah yang selalu ada di hati kakak. Ayah pergi yang tenang ya, kakak yakin ayah sudah ada di tempat yang indah disana. Kakak janji sama diri kakak sama bunda dan sama ayah untuk  terus maju dan buat ayah bunda bangga dan bahagia karena punya kakak. Meskipun ayah nggak lama mendampingi kakak tapi nasihat-nasihat ayah, pesan-pesan ayah, semangat ayah yang mau kakak jadi seperti ini bakal selalu ada di hati dan pikiran kakak, dan bakal selalu jadi pacuan untuk kakak kedepannya” “Ayah pergi yang tenang,kakak ikhlas melepas ayah.” Tuhan, aku mohon titipkan rindu ini untuk ayah Jelita berkata dalam hati dan menangis tersedu sedu karena rindu yang sudah tidak bisa ia tahan. Risa yang melihat ini ikut menangis bersama Jelita dan memeluk Jelita erat menyalurkan kekuatan untuk putrinya.

 “Bunda terimakasih selalu ada disisi kakak, Kakak mohon sama bunda jangan tinggalin kakak sendiri disini ya. Kakak mau bunda membersamai kakak sampai nanti” “Kak..terus tumbuh jadi anak yang bisa ikhlas dan sabar dengan keadaan ya, bunda bakal selalu ada untuk kakak,walaupun bunda pergi, percayalah bunda dan ayah selalu ada di hati kakak sampaiii kapanpun” Risa menghapus air mata Jelita. Jelita menjawab dengan anggukan dan tersenyum.

Ini bukan akhir dari segala perjuangan Jelita untuk menjalankan amanat dari sang ayah. Justru ini adalah awal dari semuanya. Di depan, banyak yang harus Jelita jalani sebagai manusia yang ingin berguna untuk orang lain. Amanat dari ayah membuat Jelita gigih dalam mencapai segala hal.

 

Tuhan sudah mengatur semuanya kita semua sebagai umatnya hanya perlu bersyukur atas apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Tentang yang pergi biarlah menjadi sebuah ikhlas yang paling sangat untuk kita terima. Tentang yang masih menemani hingga saat ini sudah patutnya kita syukuri dan hargai keberadaannya. Hargailah setiap kebersamaan yang ada, karena pada dasarnya tidak ada yang abadi disini, pun dengan setiap bahagia yang kita punya. Teruslah menatap lurus ke depan jangan pernah berhenti dan merasa puas dengan apa yang sudah kita capai.

 

TAMAT

 

***

 

Cerpen ini saya tulis di tanggal 22 Agustus 2023, tepat di hari ini ayah saya atau yang biasa saya sebut abah “seharusnya” bertambah usia. Hanya saja skenario-Nya berbanding jauh dengan apa yang saya inginkan.

 

Untuk cinta pertamaku, abah yang paling terhebat..

Terimakasih karena sudah memberikan yang paling terbaik di dalam hidup ini. Segala yang abah tinggalkan untuk diri ini sangat berarti dan akan selalu aku tanam dalam hati. Ini aku persembahkan kado cerpen untuk abah, tunggu aku menjadi sosok yang abah ingin, gadis yang kuat, mandiri dan berpendidikan. Raga abah memang sudah tidak ada disisi ku tapi segala tentang abah selalu aku ingat dalam hati yang tidak akan pernah aku lupa sampai kapanpun. Dari gadis yang selalu abah anggap masih kecil ini, yang selalu merindukan abah, yang selalu mencintai abah dan selalu sayang abah. Kali ini aku rindu yang benar-benar rindu, bersinar bersama bintang di langit ya bah. Tunggu aku menjadi wanita yang tangguh seperti yang abah mau. Cinta abah selalu~

 

Malam rabu, 22 Agustus 2023

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar