Quranic-Based Entrepreneurship



Quranic-Based Entrepreneurship

Penulis : Irfan Soleh


Sabtu satu April dua ribu dua puluh tiga menjadi momen bersejarah karena pertama kali menginjakan kaki di Galeri Rasulullah SAW bersama jamaah Majlis Ta'lim Pesantren Raudhatul Irfan di Mesjid Raya Al Jabbar, Mesjid kebanggaan Provinsi Jawa Barat. Momen tersebut juga menjadi sangat berkesan karena pertama kalinya mengisi Kajian Tematik Ulama Juara, ngabuburit penuh makna bersama ulama muda juara. Tema yang diamanahkan panitia adalah Cara Keren Memandirikan Ekonomi Pesantren. Tulisan ini merupakan ringkasan materi yang saya sampaikan pada acara tersebut. Ikhtiar apa yang bisa kita lakukan untuk memandirikan ekonomi pesantren?.

Jawaban yang kami tawarkan adalah memakai perspektif Science-based entrepreneurship yang kami modifikasi menjadi Quranic-based entrepreneurship. Isinya ada empat tahapan yaitu mindset, science, action dan success. Pertama, mindset kita bagi kedalam tiga poin yaitu niat, cara dan tujuan. Allah SWT berfirman dalam QS Ad-Dzariyat ayat 56 yang intinya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga niat dalam berwirausaha atau berbisnisnya harus dalam kerangka menghamba atau ibadah pada Allah SWT. Cara nya pun harus benar sesuai tuntunan syariat agama Islam sehingga harus diperhatikan kehalalannya sebagaimana yang termuat dalam QS Al Baqarah ayat 168. Tujuan berwirausahanya harus ikhlas untuk mendapatkan Ridho Allah SWT sebagaimana yang diperintahkan dalam QS Al Bayyinah ayat 5.

Kitab Fadhoilu Shadaqah menjelaskan lima kewajiban manusia terhadap harta. Pertama, Hendaknya ia mengerti maksud harta dan untuk apa harta itu dijadikan, ia harus berusaha dan tidak menyimpannya kecuali sekedar keperluannya. Kedua, Hendaklah dijaga dari segi masuknya harta, jangan sampai harta didapat dari hal yang haram atau makruh. Ketiga, Harus mengetahui mana kebutuhan dan mana keinginan, mana yang terkategori need dan mana yang terkategori wants. Keempat, Keluarkan harta sesuai haknya, dosa nya sama antara mengambil dari yang bukan haknya dengan mengeluarkan pada sesuatu yang bukan semestinya. Kelima, Hendaknya seorang hamba berniat baik di dalam mengambil, meninggalkan, membelanjakan dan menahan harta, diambil sebagai wasilah ibadah, ditinggalkan pun karena zuhud dan itu ibadah juga.

Setelah mindset tentang harta nya benar, maka langkah yang kedua adalah cari ilmu nya, ilmu Quranicpreneur. Kurikulum di Pesantren Raudhatul Irfan kami gambarkan sebagai sebuah Bangunan dimana fondasi nya adalah I.R.F.A.N.I Values, Pilarnya adalah Qur'an Sunnah, Kitab Kuning, Bahasa Asing, Entrepreneurship dan atapnya atau hasilnya adalah tidak hanya sebatas entrepreneur biasa namun entrepreneur qurani, entrepreneur yang memahami dan mengamalkan ilmu para ulama baik itu Tauhid Fiqih Tasawuf dan beragam ilmu keislaman lainnya. Karakteristik Entrepreneurnya kami singkat dengan K.I.M.I yaitu Kreatifitas, Inovasi, Manfaat dan Ibadah. Kreatifitas dan Inovasi nya ia lakukan untuk memberi manfaat pada ummat dan dalam kerangka ibadah pada Allah SWT.

Mindset sudah benar, ilmunya sudah dicari secara bertahap, selanjutnya adalah Action. Layaknya setelah iman dilanjut ilmu dan amal. Nabi sudah mencontohkan bagaimana aktifitas utama karir bisnis dan entrepreneurship Nabi digambarkan dengan sangat indah oleh Prof Syafii Antonio dan menyimpulkan bahwa perjalanan Nabi sebagai pebisnis atau entrepreneur itu lebih lama dibandingkan dengan waktu kerasulan, Nabi berproses dari mulai internship ke bisnis manajer kemudian bisnis owner hingga menjadi investor dan fokus pada dakwah. Action kami di Pesantren raudhatul Irfan berupaya berikhtiar di tiga sektor yaitu sektor riil, sektor keuangan dan sektor sosial. Beberapa unit usaha sudah berjalan dalam rangka ikhtiar untuk kemandirian ekonomi ditambah dengan manajemen keuangan dan berupaya mensubsidi santri yang kurang dari sisi ekonomi sebagai sektor sosialnya.

Jadi Kesimpulannya berdasarkan konsep Quranic-Based Entrepreneurship diatas Cara keren membangun kemandirian ekonomi pesantren modern adalah dengan melakukan beberapa hal berikut ini. Pertama kita harus merubah mindset Civitas Pesantren khususnya santri, kaum muda dan usia produktifnya bagaimana agar punya mindset entrepreneur. Kedua fasilitasi mereka dengan keilmuan wirausaha dan Islamic management kerjasamakan dengan kampus, sekolah dan pesantren yang fokus mencetak entrepreneur. Ketiga lanjutkan dengan action, aksi karya nyata dengan nyebur langsung menjadi entrepreneur. Setelah berikhtiar dengan mindset, science dan action, kita tinggal tawakal dan berhusnudzan mencapai kesuksesan.


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 3 April 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar