Muhasabah Di Hari Ultah : Bentuk Penghargaan Pada Sang Waktu

 Muhasabah Di Hari Ultah : Bentuk Penghargaan Pada Sang Waktu

Penulis : Irfan Soleh


ما من يوم ينشق فجره الا و ينادى ياابن ادم انا خلق جديد وعلى عملك شهيد فاغتنم منى فانى لا اعود الى يوم القيامة

“Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru: putra putri adam , aku waktu, aku ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karna aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat”


Waktu yang paling bersejarah bagiku adalah 07 November 1987. Moment tersebut menjadi babak baru bagiku dan pada saat itulah pertama kali aku menatap dunia menghirup udara fana. Akupun menangis sekeras-kerasnya seolah tahu bahwa menjalani hidup di dunia tidak mudah sehingga harus tahu bagaimana cara dan aturan mainnya. Namun lantunan adzan yang diteriakan di telingaku seolah memberi ‘bocoran’ bahwa cara yang terbaik menjalani hidup dan penghidupan ini adalah dengan membesarkan nama-Nya dan mengikuti Rule of the game yang telah Dia gariskan

Waktu mengalir begitu deras, tidak terasa kini telah 22 tahun aku berperan dalam drama kehidupan ini dengan bingkai nama Irfan Soleh. Sebuah nama yang begitu sarat makna. Irfan berarti orang yang mempunyai wawasan luas diambil dari derivasinya yaitu ‘arafa dan Soleh berasal dari bahasa arab Sholihun , menurut kamus al ‘ashri, mempunyai arti zayyidun/ shohihun (yang baik/ bagus), munasibun/ mulaimun (yang sesuai/layak), nafi’un (yang berguna/bermanfaat) dan muhtashun, dzu sholahiyah au ikhtishosh (orang yang berkompeten). Nama yang mencerminkan keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas. Bingkai nama dan ‘label’ yang begitu berat bagiku.

Tulisan ini bertajuk “Muhasabah di hari Ultah: Bentuk Penghargaan Pada Sang Waktu”. Coretan ini hanya ingin menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya adalah kenapa sih kita mesti merayakan ulang tahun? Apa manfaat dan hikmah dari ‘perayaan’ ini? Untuk menjawab pertanyaan pertama saya teringat sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari abu Qatadah. Hadis ini ada dalam kitab Shahih Muslim yang berbunyi:

عن ابى قتادة الانصرى رضى الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم الاثنين فقال فيه ولدت و فيه انزل علي (صحيح مسلم)

Diriwayatkan dari Abu Qatadah al Anshari RA, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa senin. Maka beliau menjawab, “pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (Shahih Muslim)

Kita bisa tahu dari hadis tersebut bahwa betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Allah yang telah menyebabkan keberadaannya. Dan rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan Puasa. Jadi kalau Rasul saja memuliakan hari kelahirannya kenapa kita tidak, lantas apa manfaatnya dari ‘perayaan’ ini?

Jawaban bagi pertanyaan kedua ini mungkin tiap orang bisa berbeda sesuai konteks pribadinya masing-masing namun minimal saya akan memaparkan hikmah yang saya rasakan, diantaranya adalah Pertama kita bisa menghargai waktu. Agama kita, islam, memandang waktu sebagai sesuatu yang sangat penting dan sangat berharga. Pentingnya waktu dibuktikan dengan adanya sumpah Allah dengan ‘waktu’ini. Hal ini bisa kita lihat dalam QS ad-Dhuha (93): 1-2, al-Lail (92): 1-2, al-‘Asr (103): 1.

Mengapa Allah bersumpah dengan waktu? Menurut Muhammad Abduh karna orang-orang arab dahulu ketika gagal atau lagi ketiban sial sering mencerca waktu misalnya dengan ungkapan ‘waktu sial’ padahal waktu bersifat netral. Allah dengan sumpah-Nya ingin menolak anggapan tersebut bahwa tidak ada yang dinamai waktu sial atau waktu mujur, semua waktu sama. Waktu tidak boleh dikutuk sebuah hadis dalam riwayat Ahmad menyebutkan: “Janganlah mencerca waktu, karena Allah adalah (pemilik) waktu”.

Melalui perayaan ulang tahun ini kita bisa tahu siklus waktu kehidupan. Dengan mengetahui peredaran dan pergantian waktu tersebut, kita dituntut untuk mengisi dan memanfaatkannya sebaik mungkin tentu dalam kerangka beribadah kepada-Nya. Waktu tak pernah berulang karenanya pemanfaatan dan pengisian waktu tersebut menjadi sesuatu yang mutlak. Kebanyakan kita, khususnya saya, sering melupakan kehadiran waktu dan melupakan nilainya

Hikmah kedua yang saya rasakan adalah “pembacaan” diri. Pertanyaan pertama dalam benak saya ketika menyadari saya sudah berumur 22 tahun adalah What I have done? Apa aja yang telah saya lakukan selama ini. Sudahkah sesuai dengan dengan ketentuan-Nya atau malah terbuang sia-sia? Life is sort adalah ungkapan yang membangunkan dari tidur panjangku selama ini. Pertanyaan selanjutnya yang merasuk fikiranku adalah what will I do and what I have to do? Untuk mengisi sisa kehidupanku kedepan kalau Sang Pemilik waktu masih memberiku kesempatan. Biarkanlah hati, fikiran, dan jiwaku yang akan menjawabnya aku hanya bisa berharap, melalui moment ultah ini, akan ada ‘revolusi diri’ yang signifikan untuk mengisi kehidupan yang sangat singkat ini. By the way saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pada teman, kawan dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan ucapan selamat ulang tahun dan telah memberikan kado yang begitu berharga berupa do’a dan dorongan semangatnya. Semoga Allah mengabulkan dan meridhoi semua mimpi, harapan dan cita-cita kita semua, amien...

Terakhir kita tutup dengan ungkapan Ali bin abi thalib tentang waktu yaitu

ما فاتك اليوم من الرزق يرجى غدا عودته وما فاتك من العمر لا يرجى رجعته

“ rezeki yang tidak diperoleh hari ini, masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak di hari esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali esok”



Sabtu, 07 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar