Mendidik Anak Bahagia atau Anak Pintar? Bisakah Pintar Sekaligus Bahagia?
Selepas Sidang Promosi Doktor, saya bisa lebih fokus lagi mengasuh para santri dan memikirkan perkembangan Pesantren Raudhatul Irfan. Saya mulai dengan rekreasi menjelajahi buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan dan perkembangan anak.
Ada satu buku bagus yang menceritakan tentang kongkritnya sasaran proses pendidikan yaitu apakah pendidikan itu ingin mencetak anak pintar atau bahagia? Tentu kita sebagai orang tua dan kami sebagai pendidik menginginkan para murid pintar sekaligus bahagia
Anak pintar belum tentu bahagia bahkan anak pintar yang tidak memiliki karakter- karakter tertentu bisa di duga pasti tidak bahagia. Namun, jangan salah faham juga kepintaran membantu kebahagiaan jika dibarengi dengan kepemilikan karakter-karakter tertentu.
Apa saja karakter yang diperlukan untuk menjadikan anak bahagia? Segala jenis karakter yang mampu menghasilkan emosi-emosi positif. Clifton dan Rath percaya bahwa emosi positif merupakan kebutuhan penting sehari-hari untuk kelangsungan hidup dan untuk hidup bahagia
Masalahnya adalah ketika kita mendorong anak untuk pintar dengan cara-cara yang tidak bijaksana (push parenting atau push teaching) bisa menyebabkan anak kehilangan peluang untuk memiliki karakter-karakter yang mendukung kebahagiaan. Mengapa? Karena cara-cara yang tidak bijaksana seperti menekan,menuntut secara berlebihan, merampas waktu liburan demi mengejar kepintaran adalah bertentangan dengan cara-cara untuk mengembangkan karakter yang mendukung kebahagiaan.
Kembali ke emosi positif, memang apa pentingnya? Studi Dr Elizabeth Hurlock menunjukan bahwa emosi positif memungkinkan individu untuk belajar dan bekerja dengan kemampuan mereka yang maksimal.
Di Pesantren Raudhatul Irfan, SMPIT dan SMAIT Irfani Quranicpreneur Bilingual School akan terus berupaya menciptakan suasana yang nyaman dan mudah2an penuh kebahagiaan, semoga...Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar