Juara (OPOP) One Product One Pesantren, Pengalaman Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis Menjadi Juara

 

KH. Irfan Soleh saat memenangi OPOP tahun 2019. Foto: dok. pribadi.

Oleh KH Irfan Soleh, S.Th.I, MBA


Informasi soal OPOP, berawal dari keaktifan kami di instagram. Kami sering mengikuti postingan Pak Ridwan Kamil yang salah satunya terkait dengan One Product One Pesantren (OPOP). Kami kemudian dan mencari informasi melalui IG Dinas KUKM Provinsi dan IG OPOP Jabar.

Kami mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai OPOP di halaman situt www.opop.jabarprov.go.id. Informasi mengenai persyaratan dan pendaftaran OPOP lengkap ada di situs tersebut. Prosesnya untuk pendaftaran dan beberapa proses lanjutannya cukup dengan pengisian secara online.



Tujuan diselenggarakannya OPOP adalah membangun kemandirian pesantren melalui pemberdayaan ekonomi dengan cara membantu pesantren dalam memilih komoditi yang laku di pasar, memberi pelatihan, dan pendampingan. Tujuan tersebut selaras dengan visi Pesantren Raudhatul Irfan, yaitu menjadi pesantren yang unggul dalam bidang Dirasah Islamiyah dan wirausaha melalui pendekatan Qurani dan nilai-nilai irfani. Semangat ingin mewujudkan visi pesantren itulah yang membuat kami berupaya seoptimal mungkin membuat perencanaan agar bisa menang.


Lantas apa strategi yang kami lakukan? Langkah pertama, melakukan analisis SWOT pada beberapa unit usaha yang sudah dijalankan yaitu di bidang fashion ada busana muslim , oleh-oleh haji dan umroh, minimarket SRI Mart, dan budi daya Jamur Merang. Kami memilih budi daya jamur merang untuk didaftarkan dalam program OPOP. Dengan demikian kami akan berkompetisi di bidang pertanian.

 


Budi daya jamur merang ini social impact-nya paling besar dibandingkan unit-unit usaha yang lainnya. Karena kami ingin mengembangkan bisnis yang tidak hanya membantu kemandirian pesantren, juga ingin ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat.


Bisnis jamur merang ini dimulai ketika pabrik penggilingan aren ditutup karena alasan limbah pada tahun 2015. Masalah limbah tersebut kami jadikan peluang membuatnya mempunyai nilai tambah. Hal ini selaras dengan visi budi dayanya, yaitu menciptakan nilai tambah dari limbah menjadi rupiah. Visi tersebut kami jabarkan ke dalam beberapa misi yaitu (1) membantu menyelesaikan permasalahan limbah penggilingan aren, (2) membuat jumlah kumbung jamur yang banyak agar limbah penggilingan aren bisa bermanfaat, (3) mengolah jamur merang dari hulu sampai ke hilir, (4) mensejahterakan santri,  pesantren dan masyarakat luas.

 


Dari visi-misi tersebut, kami menetapkan tujuan yang juga di jadikan motto yaitu farming for waste integrated solutions. Pertanian untuk solusi terintegrasi menyelesaikan masalah limbah. Dengan demikian langkah kami semakin jelas dalam budi daya jamur merang ini.

 

Setelah dampak sosial dan VMO-nya terbentuk, barulah kami masuk ke ranah bisnisnya, yaitu apakah produk kita dibutuhkan publik? Apakah permintaan jamur merang ini cukup tinggi? Proposisi nilai apa yang akan diberikan kepada pelanggan? Apakah usaha ini menguntungkan? Dan serangkaian pertanyaan lainnya.

 

Alhamdulillah permintaan atas jamur merang dari Pasar Caringin Bandung masih tinggi. Momen makanan organik yang sehat trend-nya sedang naik. Banyak analasis ekonomi yang menyebutkan bahwa kebutuhan pada makanan organik akan semakin tinggi di masa depan. Berdasarkan penelitian kandungan gizinya yang tinggi, kami jadikan hal itu sebagai value proposition jamur merang. Ringkasnya, kami merancang Business Model Canvass (BMC) usaha jamur merang ini.

 


Ciri khas Pesantren Raudhatul Irfan adalah Quranicpreneur Bilingual School. Salah satu programnya adalah kajian dan praktik wirausaha untuk para santri. Kami cukup tahu tentang konsep analisis SWOT, VMO, BMC, dan strategic management. Tapi sebenarnya, ketika sebuah pesantren lolos audisi tahap satu, nantinya akan dilanjutkan dengan pelatihan dan magang. Dalam pelatihan dan magang banyak ilmu yang didapatkan terkait dengan pengembangan bisnis. Tidak hanya teori tetapi juga juga praktiknya.

 

Berdasarkan pengalaman pesantren Raudhatul Irfan itu, pesantren yang ingin mengikuti program OPOP ini, perlu melakukan hal-hal berikut: pertama, pantau terus media sosial dan web OPOP. Kedua, pilih bisnis yang punya dampak sosial yang tinggi. Ketiga, pelajari teori-teori bisnis dan wirausaha. Keempat, buat rencana bisnis sebagus mungkin. Kelima, latih kemampuan public speaking untuk persiapan menjelaskan saat audisi. Keenam, bersabar dalam mengikuti setiap prosesnya dan bertawakal menantikan hasilnya.

 


OPOP bukanlah program bagi-bagimodal usaha secara cuma-cuma. OPOP merupakan program yang kompetitif. Pesaingnya se-Jawa Barat tetapi hadiahnya lumayan besar.

Mudah-mudahan pengalaman kami dari Pesantren Raudlatul Irfan ini bisa menginspirasi pesantren yang berminat mengikuti seleksi OPOP 2021, 2022 dan seterusnya.


Penulis adalah Pengasuh Pesantren Raudlatul Irfan Ciamis.

*Tulisan ini pernah dimuat di jabar.nu.or.id

 

LIHAT VIDEO SELENGKAPNYA : JUARA OPOP BIDANG PERTANIAN TAHUN 2019




Tidak ada komentar:

Posting Komentar